Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS naik tipis terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (1/6/2021) atau Rabu pagi WIB.
Mengutip Antara, kenaikan dolar AS terjadi setelah data manufaktur AS menunjukkan kenaikan aktivitas yang lebih kuat dari perkiraan, bahkan ketika kekurangan tenaga kerja dan kurangnya bahan baku membebani produksi.
Adapun, pada perdagangan Rabu (2/6/2021) pukul 08.25 WIB, indeks dolar AS naik 0,05 persen atau 0,046 poin menjadi 89,877.
Lembaga riset Institute for Supply Management (ISM) mengatakan indeks aktivitas manufaktur AS naik pada Mei karena permintaan yang terpendam di tengah pembukaan kembali ekonomi mendorong pesanan.
Dolar awalnya diperdagangkan lebih rendah atas laporan tersebut, di mana ISM mengatakan potensi pertumbuhan manufaktur terus terhambat oleh ketidakhadiran pekerja dan penutupan sementara karena kekurangan suku cadang dan tenaga kerja.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa masalah pasokan di sektor manufaktur berdampak pada perekonomian secara keseluruhan, kata Kathy Lien, direktur pelaksana di BK Asset Management.
Baca Juga
"Ini juga memberi tahu kami bahwa momentum yang kami lihat di awal kuartal kedua bisa mulai melambat," papar BK Asset Management.
Indeks dolar merangkak naik 0,35 persen menjadi 89,822, tetapi jauh dari tertinggi Jumat (28/5/2021) di 90,447, ketika ukuran inflasi AS yang diawasi ketat oleh Federal Reserve membukukan kenaikan tahunan terbesar sejak 1992.
Bias pasar umumnya menuju dolar yang lebih lemah, kata Vassili Serebriakov, analis valas dan makro di UBS.
"Pemulihan global di luar AS yang tertinggal pada kuartal pertama karena lambatnya vaksinasi kini telah meningkat, terutama di tempat-tempat seperti zona euro dan Inggris," katanya tentang pelemahan dolar baru-baru ini, dikutip dari Reuters.
Sinyal hawkish dari bank sentral beberapa negara G10, termasuk Kanada, Norwegia dan Selandia Baru, juga menambah tekanan pada greenback, katanya.
Pound Inggris menyentuh level tertinggi tiga tahun di 1,425 dolar AS selama sesi Asia, dibantu oleh pernyataan dari pembuat kebijakan bank sentral Inggris, Bank of England, pekan lalu yang menyatakan kenaikan suku bunga tahun depan atau lebih cepat.
Euro naik 0,05 persen menjadi 1,2305 dolar AS, menyusul data yang menunjukkan inflasi zona euro melonjak melewati target Bank Sentral Eropa (ECB) pada Mei.
"Data inflasi kuartal berikutnya benar-benar penuh dengan efek dasar dan faktor sementara lainnya, jadi sangat sulit bagi pasar dan pembuat kebijakan untuk menghilangkan sinyal dari kebisingan itu," kata Simon Harvey, analis valas di Monex Eropa.
Mata uang terkait komoditas umumnya lebih kuat terhadap dolar karena harga minyak naik di tengah ekspektasi meningkatnya permintaan bahan bakar.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, sepakat pada Selasa (1/6/2021) untuk tetap pada kecepatan yang ada saat ini secara bertahap mengurangi pembatasan pasokan minyak, ketika produsen menyeimbangkan antisipasi pemulihan permintaan terhadap kemungkinan peningkatan pasokan Iran.
Dolar Kanada mencapai level tertinggi enam tahun di 1,2010 per greenback, dibantu oleh penguatan harga minyak, dan data yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi Kanada pada kuartal pertama tetap kuat.
Dolar Australia naik 0,45 persen pada 0,77625 dolar AS.
Bank sentral Australia mempertahankan suku bunganya pada rekor terendah dan menegaskan kembali sikap kebijakannya yang lebih rendah untuk jangka waktu lebih lama, bahkan ketika data menunjukkan PDB negara itu di atas tingkat pra-pandemi.
Yuan China stabil setelah pihak berwenang memerintahkan bank untuk meningkatkan rasio cadangan devisa mereka, sebuah langkah yang dilihat sebagai upaya untuk membatasi apresiasi cepat yuan.
Yuan di luar negeri berada di 6,3817 terhadap dolar AS, naik 0,11 persen pada Selasa (1/6/2021).
Di pasar mata uang kripto, Bitcoin turun 2,66 persen pada 36.348,78 dolar AS, sementara Ether turun 1,21 persen menjadi 2.566,90 dolar AS.