Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MDKA dan BRMS Genjot Ekspansi, Siapa Paling Menawan?

Emiten pertambangan mineral MDKA dan BMRS memacu pengembangan bisnis pada tahun ini. Simak rekomendasi sahamnya.
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). /Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). /Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Saham emiten pertambangan mineral kembali menarik perhatian investor seiring dengan aksi memacu pengembangan bisnis yang diharapkan dapat mengerek kinerja keuangan.

PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), misalnya, siap memulai konstruksi proyek Acid, Iron, Metal atau proyek AIM pada akhir kuartal II/2021. Proyek itu ditargetkan akan memulai produksi pada kuartal IV/2022 dan diestimasikan memberikan pendapatan tahunan sekitar US$170 juta selama lebih dari 20 tahun.

Selain itu, proyek AIM oleh emiten berkode saham MDKA itu akan menghasilkan nilai ekonomi yang menarik, memiliki nilai bersih sekarang (NPV) sebesar US$407 juta berdasarkan tingkat diskonto 8 persen dan tingkat pengembalian internal (IRR) sebesar 26 persen. 

Hal tersebut pun berdasarkan hasil studi kelayakan proyek AIM yang baru rampung pada akhir April 2021.

Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo mengatakan bahwa angka NPV hasil studi itu berhasil melampaui estimasi pihaknya, yang memperkirakan sebesar US$382 juta,

“Dengan pemikiran tersebut, kami pun mengubah penilaian Discounted Cash Flow atau DCF kami untuk proyek AIM, meningkatkan nilai ekuitasnya menjadi US$919 juta dari US$880 juta pada perkiraan sebelumnya,” ujar Thomas dikutip dari risetnya yang dipublikasikan melalui Bloomberg, Rabu (26/5/2021).

Dia pun mempertahankan rekomendasi beli dan menaikkan sedikit target harga emiten bersandi MDKA menjadi Rp3.900 dari sebelumnya Rp3.887 per saham.

Rekomendasi itu juga sejalan dengan prospek pemulihan kinerja MDKA di sisa tahun setelah membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$4,98 juta, berbanding terbalik dari laba US$14,97 juta pada kuartal I/2020.

Thomas memperkirakan peningkatan ASP tembaga masih berlanjut dan pemulihan produksi emas pada kuartal II/2021 akan membantu perseroan meningkatkan profitabilitas di sisa tahun ini.

Secara terpisah, analis Panin Sekuritas Juan Oktavianus melihat operasional tambang MDKA akan kembali normal pada kuartal III/2021 dan membantu kinerja perseroan.

Juan memperkirakan pendapatan untuk setahun 2021 penuh, MDKA dapat mengantongi pendapatan US$343 juta dan laba bersih US$85 juta. Angka itu tumbuh dari perolehan 2020, yaitu pendapatan US$322 juta dan laba bersih US$36 juta.

Namun, Juan merekomendasikan hold untuk MDKA dengan target harga Rp2.500.

“Rekomendasi ini didorong oleh; peningkatan performa dari segmen tembaga, tetapi dibatasi belum beroperasinya tambang Tujuh Bukit secara normal yang masih akan menghambat kinerja emiten,” tulis Juan dikutip dari publikasi risetnya, Rabu (26/5/2021).

Di sisi lain, analis Sucor Sekuritas Hasan merekomendasikan beli untuk saham PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) dengan target harga Rp150 per saham seiring dengan sejumlah pengembangan bisnis yang dilakukan perseroan untuk meningkatkan kapasitas produksi.

BRMS saat ini sedang mengembangkan pabrik emas kedua di Citra Palu, Sulawesi, yang dijadwalkan rampung pada kuartal I/2022 dan tambahan kapasitas 4.000 ton bijih per hari.

Setelah rampung, volume produksi emas BRMS diperkirakan akan melonjak lebih dari 10 kali lipat.

“Sejalan dengan itu, kami memperkirakan EBITDA perseroan akan tumbuh menjadi US$104 juta pada 2022, lompat signifikan dari US$8 juta dari proyeksi EBITDA 2021 karena tahun ini BRMS memproduksi sekitar 14.626 oz dan akan menjadi 114.590 oz pada 2022,” tulis Hasan dikutip dari publikasi risetnya, Rabu (26/5/2021).

Selain itu, laba bersih 2022 diproyeksi juga melonjak menjadi US$68 juta, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi laba bersih 2021 sebesar US$3 juta dengan asumsi harga emas sepanjang 2021-2022 sekitar US$1.800 per troy ounce.

Tidak hanya itu, pada 2024 kapasitas produksi emas emiten grup Bakrie itu akan bertambah lagi sekitar 150.000 oz sehingga total volume produksi per tahun menjadi 263.649 oz.

Pada titik itu, volume produksi emas tahunan BRMS akan jauh lebih tinggi daripada pertambangan emas grup Saratoga MDKA yang sebesar 156.000 oz per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper