Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

'Resep Bencana' Cryptocurrency Bikin Bitcoin Terus Tertekan, Apa Itu?

Transaksi margin hingga mengalami forced sell menjadi salah satu penyebab anjloknya harga Bitcoin dan Ethereum, yang diikuti oleh aset-aset kripto lainnya.
Ilustrasi representasi bitcoin/Bloomberg
Ilustrasi representasi bitcoin/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bitcoin dan Ethereum masih berada di bawah tekanan setelah anjlok lebih pada perdagangan kemarin yang membuat sebagian besar komunitas cryptocurrency terkejut.

Dilansir dari Bloomberg, dua cryptocurrency dengan valuasi terbesar ini kembali ke posisi terendah minggu ini selama perdagangan Asia sebelum kembali rebound.

Bitcoin anjlok hingga 8,7 persen dan diperdagangkan di level US$39.270 pada pukul 12.09  waktu Hong Kong. Ether merosot sebanyak 15 persen meskipun akhirnya mengurangi level penurunan tersebut.

Aset kripto anjlok pekan ini setelah pendiri Tesla Inc. Elon Musk mengeluh mengenai penggunaan bahan bakar fosil untuk kebutuhan energi aktivitas penambangan (mining) Bitcoin. Musk juga membatalkan janjinya untuk mengijinkan penggunaan Bitcoin untuk pembelian mobil Tesla.

Bank Rakyat China (PBOC) menambahkan sentimen negatif dengan menegaskan kembali bahwa token digital tidak dapat digunakan untuk alat pembayaran. Namun, katalisator tersebut tidak sepenuhnya menjelaskan pelemahan yang terjadi pada hari Rabu kemarin.

Trader Bitcoin dan Ether yang bertransaksi dengan leverage dan lonjakan volatilitas diperkirakan berperan dalam anjloknya harga dua aset kripto ini. Banyak pelaku pasar aset kripto menggunakan uang transaksi margin untuk meningkatkan keuntungan mereka.

Untuk diketahui transaksi margin dengan leverage memungkinkan trader membeli aset melampaui kemampuan modal yang dimiliki, karena sebagian modal lainnya dipinjamkan oleh broker.

Hal ini bagaikan pedang bermata dua karena kerugian yang dialami bakal semakin besar. Selain itu, modal mereka juga rentan karena harga turun dan terkena margin call  yang berujung pada penjualan paksa atau forced sell jika modal mereka tidak mampu menutupi kerugian.

Dalam 24 jam terakhir, lebih dari 830.000 akun trader telah dilikuidasi, setara dengan crypto senilai US$8,9 miliar, menurut data Bybt.com.

Co-founder produk dan penyedia layanan keuangan digital JST Capital, Todd Morakis mengatakan kombinasi dari kabar buruk soal regulasi, penurunan teknikal, dan forced sell menjadi seperti ‘resep bencana’ pasar kripto.

“Masih akan ada banyak pergerakan selama pekan depan, tetapi berharap pergerakan tersebut masih berada dalam kisaran meskipun lebih lebar dari biasanya. Pasar ini menyajikan peluang bagi orang-orang sekarang, tetapi saya pikir saat ini orang-orang akan menunggu [pergerakan Bitcoin] stabil,” ungkap Morakis, seperti dikutip Bloomberg.

Analis pasar senior Oanda Asia Pacific Pte mengatakan suatu periode yang relatif tenang akan mengurangi lebih banyak pembeli yang mengincar saat harga turun, tetapi Bitcoin tampak mengalami kenaikan harga sementara dalam tren turun, atau biasa disebut dead-cat bounce.

"Jika Bitcoin ditutup di bawah US$40.000 malam ini, kita akan melihat penurunan lainnya dan kemungkinan pengujian ulang level US$30.000," lanjutnya.

Cryptocurrency masih memberikan keuntungan besar bagi investor yang telah menahannya selama lebih dari beberapa bulan terakhir. Bitcoin masih menguat sekitar 30 persen sepanjang tahun ini, sedangkan sementara Ether naik lebih dari tiga kali lipat.

Goldman Sachs Group Inc., Bank of New York Mellon Corp. dan DBS Group Holdings Ltd. semuanya telah memulai atau memperluas penawaran terhadap token digital ini dalam beberapa bulan terakhir.

Analis BTIG LLC Julian Emanual mengatakan kehati-hatian dari China dan potensi regulasi oleh AS mengarah pada ketidakpastian yang dapat membatasi pergerakan aset kripto dalam waktu dekat, bahkan menghasilkan pengujian ulang dari posisi terendah Bitcoin dan Ether.

“Namun, siklus boom-and-bust aset digital, dengan hanya 2 persen orang yang menggunakan crypto saat ini kemungkinan besar akan mengalami booming lebih lanjut di tahun-tahun mendatang," katanya.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper