Bisnis.com, JAKARTA – Masalah legitimasi menjadi katalis utama yang mengguncang pasar Bitcoin selama beberapa hari belakangan. Potensi koreksi lebih lanjut juga masih terbuka.
Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (20/5/2021), aset kripto besutan Satoshi Nakamoto tersebut sempat anjlok ke level terendahnya selama sepekan pada sesi perdagangan Asia. Bitcoin sempat turun 9,7 persen dan diperdagangkan pada US$39.270 di bursa Hong Kong.
Terkait hal tersebut, Founder Traderindo.com, Wahyu Laksono menjelaskan, tren negatif pada aset kripto pada saat ini masih belum beranjak dari masalah legitimasi. Ia memaparkan, lonjakan harga pada Bitcoin menyebabkan bertambahnya perhatian para regulator di dunia.
Dengan bertambahnya perhatian tersebut, potensi pengetatan regulasi pada bursa-bursa kripto di dunia juga akan semakin tinggi. Hal ini berimbas pada pembatasan capital gain yang akan didapatkan investor.
“Dengan kata lain, Bitcoin kini dapat menjadi korban kesuksesannya sendiri,” kata Wahyu kepada Bisnis, pada Kamis (20/5/2021).
Wahyu mengatakan, pergerakan harga Bitcoin sepenuhnya didorong oleh pasar (market driven). Hal tersebut terlihat dari komentar CEO Elon Musk terkait aspek keberlanjutan Bitcoin yang menghapus keuntungan dari aset ini hanya dalam beberapa hari.
Baca Juga
“Naiknya pasti karena sentimen pasar, sedangkan turunnya pun juga suka-suka. Tidak perlu alasan apapun,” jelasnya.
Ia melanjutkan, fluktuasi signifikan pada harga Bitcoin bukanlah yang pertama kali terjadi. Pada periode 2017 -2018 lalu, harga Bitcoin tercatat terjun bebas dari kisaran US$19.000 menjadi US$4.000.
Sementara itu, Senior Market Analyst di Oanda Asia Pacific Pte menyebutkan, penurunan harga saat ini akan memicu kemunculan investor yang akan membeli Bitcoin saat harganya rendah (dip buyers).
Meski demikian, menurutnya rebound Bitcoin saat ini cukup sulit terjadi mengingat performanya yang berada dibawah jenis aset kripto lainnya.
“Apabila Bitcoin ditutup dibawah level US$40.000 malam ini, kita akan melihat tren pelemahan berlanjut dan akan kembali menguji kisaran US$30.000,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.
Sebelumnya, Co Founder FRNT Financial, Stephane Oullette mengatakan pergerakan Bitcoin saat ini masih berkaitan dengan cuitan Elon Musk di Twitter selama beberapa hari terakhir.
Dia memaparkan, masuknya Tesla ke pasar Bitcoin memicu terjadinya aksi beli yang agresif selama beberapa waktu. Namun, pemberhentian program pembelian kendaraan dengan Bitcoin yang dilakukan Tesla, menjadi katalis terjadinya konsolidasi harga.
"Beberapa komentar yang terjadi setelahnya melanjutkan kebingungan pasar," jelasnya, seperti dikutip dari Bloomberg.
Rich Ross dari Evercore ISI memperkirakan tekanan terhadap harga Bitcoin juga muncul dari mulai menguatnya kembali harga emas. Kenaikan harga emas terjadi utamanya setelah munculnya data inflasi di Amerika Serikat. Hal itu memicu persepsi bahwa Bitcoin akan masuk fase bearish.