Bisnis.com, JAKARTA - Memasuki musim laporan keuangan kuartal I/2021, saham berkapitalisasi jumbo yang termasuk ke dalam indeks LQ45 semakin menarik untuk dicermati investor.
Analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr mengatakan bahwa saham big caps dalam beberapa hari terakhir mengalami tekanan cukup besar terimbas sentimen global.
Akibatnya, pergerakan indeks LQ45 cukup berat untuk mencetak penguatan, apalagi secara musiman transaksi saat bulan puasa hingga lebaran tidak seramai transaksi pada hari biasa.
Padahal, saham konstituen LQ45 dinilai masih prospektif seiring dengan musim laporan kuartal I/2021 mengingat adanya potensi pertumbuhan kinerja dibandingkan dengan kuartal I/2020.
“Sektor yang menarik untuk dicermati adalah sektor cyclical yang berperforma baik di tengah pemulihan ekonomi, seperti banking, tamban, konsumer diskresioner, dan semen,” ujar Zamzami kepada Bisnis, Jumat (23/4/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang tahun berjalan 2021 indeks LQ45 bergerak melemah 4,57 persen. Dari keseluruhan konstituen, sebanyak 35 saham terkoreksi, sedangkan 12 saham lainnya berhasil menguat.
Baca Juga
Pelemahan indeks dipimpin oleh saham PTPP yang turun 32,17 persen, diikuti oleh WIKA yang melemah 27,71 persen, PGAS terkoreksi 25,64 persen, dan EXCL yang turun 25,64 persen.
Sementara itu, penguatan indeks dipimpin oleh saham TBIG yang naik 61,95 persen, JPFA naik 41,17 persen, ERAA naik 40,91 persen, dan ANTM menguat 24,41 persen.
Adapun, di antara seluruh konstituen indeks LQ45 terdapat 4 saham yang memiliki price to earning ratio (PER) di bawah 10 kali. Umumnya, PER di bawah 10 kali menjadi indikator adanya ‘diskon’ harga saham tersebut.
Saham tersebut adalah BBTN dengan per 9,48 kali, GGRM dengan per 9,09 kali, INDF dengan per 9,08 kali, dan MNCN dengan per 6,15 kali.
Zamzami menilai di antara saham LQ45 yang terdisko tersebut, dirinya menjadikan BBTN dan INDF sebagai top picks.