Bisnis.com, JAKARTA – PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) mencetak laba bersih senilai Rp209 miliar pada kuartal I/2021.
Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan perseroan, laba bersih kuartal I/2021 naik 9.852 persen dibandingkan dengan kuartal I/2020 sebesar Rp2,1 miliar. Kenaikan laba utamanya ditopang oleh penjualan perseroan.
Unit usaha bidang perkebunan Grup Sampoerna itu mencatatkan penjualan Rp1,33 triliun atau naik 47,2 persen dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya. Dengan demikian jumlah laba per saham yang bisa diberikan juga meningkat dari posisi Rp0,2 menjadi Rp115.
Budi Halim, CEO Sampoerna Agro, mengatakan bahwa kuartal I/2021 adalah momentum yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, kesehatan dan perekonomian dunia. Tidak terkecuali, SGRO sebagai perusahaan perkebunan kelapa sawit.
“Saat ini kami akan menggunakan kata unprecedented dengan makna positif untuk merujuk pada pencapaian Sampoerna Agro yang berhasil mencatatkan rekor tertinggi dalam beberapa indikator kinerjanya,” ungkapnya dikutip pada Sabtu (24/4/2021).
Budi melihat prospek optimis yang sebelumnya diprediksi akan terjadi di tahun ini ternyata tiba di awal tahun. Salah satunya dengan lonjakan volume produksi perseroan pada kuartal I/2021 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Total volume penjualan minyak sawit perseroan mencapai 114.828 ton atau meningkat sebesar 37 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. SGRO pun mencatat harga jual rata-rata tertinggi sepanjang sejarah perseroan yaitu Rp9.587 per kg atau naik 5 persen dibandingkan kuartal I/2021.
Nilai penjualan minyak sawit di kuartal I/2021 juga meningkat sebesar 44 persen dibandingkan kuartal tahun lalu mencapai Rp1,10 triliun.
“Lonjakan nilai penjualan memungkinkan kami untuk membukukan margin usaha yang jauh lebih tinggi. Margin laba kotor dan margin EBITDA dalam periode tersebut merupakan yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir,” sebutnya.
Sebagai informasi margin laba kotor dan margin EBITDA masing-masing 35,8 persen dan 33,7 persen. Budi menyebutkan capaian itu lebih tinggi dari rata-rata 5 tahunnya yang sebesar 23 persen dan 24 persen.