Bisnis.com, JAKARTA - Entitas usaha Rajawali Group di bidang pertambangan emas, PT Archi Indonesia, kembali menunda rencana aksi penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO).
Mengutip Bloomberg, produsen emas batangan Lotus Archi itu akan menunda aksi IPO yang digadang-gadang akan menggalang dana jumbo mencapai US$500 juta atau setara Rp7,25 triliun dengan asumsi kurs Jisdor Selasa (20/4/2021) Rp14.508 per dolar AS, karena kondisi market.
Semula, hasil dana IPO itu disebutkan akan digunakan untuk membayar kembali pinjaman yang ada. Credit Suisse akan bertindak sebagai joint lead manager atas aksi itu.
Sumber Bloomberg menyebutkan bahwa pelemahan harga emas dan IHSG dalam beberapa perdagangan terakhir menjadi faktor utama penundaan rencana IPO. Namun, Archi Indonesia tidak menutup kemungkinan akan merealisasikan rencana melantai di Bursa Efek Indonesia jika kondisi pasar dianggap membaik.
Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang tahun berjalan 2021 harga emas di pasar spot telah terkoreksi 6,21 persen dan telah anjlok 14 persen dari level rekor tertinggi pada Agustus 2020 seiring dengan optimisme pasar bahwa vaksin Covid-19 akan memicu pemulihan ekonomi global.
Sementara itu, IHSG sepanjang tahun berjalan 2021 masih bergerak di zona hijau, tetapi hanya menguat 0,26 persen. IHSG juga telah turun 7 persen dari level tertinggi hampir tiga tahun pada medio Januari 2021.
Adapun, Archi Indonesia sebenarnya sudah nyaris melakukan IPO pada akhir 2014.
Namun berdasarkan catatan Bisnis, niatan itu juga ditunda lantaran situasi pasar dipandang tidak kondusif seiring volatilnya harga komoditas dan kondisi makro ekonomi global yang tidak pasti.
Ketika itu, perusahaan tambang emas itu berencana melepas sebanyak- banyaknya 1,6 miliar lembar saham di kisaran harga Rp1.895 - Rp2.445 per saham, sehingga Archi Indonesia sebelumnya berpotensi mendapatkan dana segar hingga Rp3,9 triliun.
Untuk diketahui, Archi Indonesia sepenuhnya dimiliki oleh PT Rajawali Corpora atau Grup Rajawali yang didirikan oleh konglomerat Peter Sondakh.
PT Archi Indonesia memiliki 100 persen saham di proyek tambang emas dan perak Toka Tindung di Sulawesi Utara.
Hak penambangan Proyek Toka Tindung perseroan itu melalui Kontrak Karya (KK) dua entitas usaha Archi, yaitu PT Meares Soputan Mining dan PT Tambang Tondano Nusajaya.
Kedua KK tersebut memiliki total sekitar 40 ribu hektar yang berlaku hingga 2041, dengan kemungkinan perpanjangan jangka waktu 2 x 10 tahun.
Sejak didirikan pada 2010, Archie Indonesia telah memproduksi lebih dari 8 ton emas per tahun.