Bisnis.com, JAKARTA - PT Merdeka Copper Gold Tbk., mencetak penurunan kinerja keuangan pada 2020. Penurunan kinerja itu terjadi di saat sejumlah emiten pertambangan mineral lainnya berhasil mencetak pertumbuhan.
Pelaku pasar pun merespons negatif laporan kinerja tersebut. Pada sesi I perdagangan Kamis (15/4/2021), saham MDKA turun 3,17 persen menjadi Rp2.140. Total transaksi mencapai Rp81,11 miliar dengan aksi jual bersih investor asing Rp16,47 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, emiten berkode saham MDKA itu mencatatkan pendapatan sebesar US$321,86 juta pada 2020. Perolehan itu lebih rendah 20,14 persen dibandingkan dengan 2019 sebesar US$402,03 juta.
Pendapatan tersebut terdiri atas penjualan emas, perak, dan tembaga katoda sebesar US$319,66 juta dan lain-lain sebesar US$2,19 juta.
Lebih perinci, penjualan emas, perak, dan tembaga katoda pihak ketiga kompak menurun, baik untuk ekspor maupun domestik. Penjualan ekspor turun 11,5 persen secara year on year (yoy) menjadi US$344,44 juta, sedangkan penjualan domestik anjlok 86,9 persen yoy menjadi sebesar US$3,89 juta.
Sementara itu, realisasi lindung nilai di pos itu membengkak menjadi US$28,67 juta dibandingkan dengan 2019 sebesar US$11,94 juta.
Baca Juga
Selain itu, beban pokok pendapatan MDKA turun menjadi sebesar US$207,73 juta dibandingkan dengan 2019 sebesar US$246,59 juta.
Sejalan dengan itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menciut 48,5 persen menjadi US$36,19 juta dibandingkan dengan perolehan 2019 sebesar US$70,82 juta.
Adapun, total liabilitas MDKA pada akhir 2020 berada di posisi US$365,96 juta, lebih rendah daripada posisi akhir 2019 sebesar US$427 juta.
Total aset MDKA pada akhir 2020 di posisi US$929,6 juta, turun dibandingkan dengan posisi akhir 2019 sebesar US$951,25 juta. Total aset itu termasuk posisi kas dan bank MDKA pada akhir 2020 yang naik menjadi US$51,02 juta dibandingkan dengan posisi akhir 2019 US$49,59 juta.
Kendati demikian, kas bersih diperoleh dari aktivitas operasi turun menjadi sebesar US$119,96 juta dibandingkan dengan posisi 2019 sebesar US$123,35 juta.
Di sisi lain, penurunan kinerja MDKA terjadi di saat sejumlah emiten pertambangan mineral berhasil mencetak kinerja yang cukup baik pada 2020.
PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), misalnya, kendati pendapatan turun tipis 1,82 persen menjadi US$764,74 juta, perseroan berhasil mencetak pertumbuhan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 44,2 persen menjadi US$82,81 juta.
Selain itu, PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) juga mencetak penurunan 16,3 persen di pos penjualan menjadi sebesar Rp27,3 triliun pada 2020. Namun, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk melejit 495 persen dari posisi laba 2019 menjadi Rp1,14 triliun.