Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan mineral, PT Aneka Tambang Tbk., mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp2,84 triliun pada tahun ini.
SVP Corporate Secretary Aneka Tambang Kunto Hendrapawoko mengatakan bahwa alokasi capex itu akan digunakan pengembangan rutin, usaha, proyek, dan keperluan lainnya.
Dia menjelaskan bahwa alokasi capex terbesar digunakan pengembangan usaha, termasuk penyelesaian proyek smelter feronikel di Halmahera Timur, dan smelter grade alumina refinery (SGAR) yang bekerja sama dengan MIND ID.
“Capex juga digunakan untuk proyek yang masih digodok oleh Antam untuk dapat segera dikerjakan dan dilaksanakan,” ujar Kunto saat konferensi pers RUPST 2020, Rabu (7/4/2021).
Kendati demikian, emiten berkode saham ANTM itu tidak menjelaskan secara detail proyek yang masih dirancang oleh perseroan tersebut.
Capex tersebut akan berasal dari kantong internal perseroan dan sebagian dari pendanaan eksternal. Kunto mengaku perseroan tengah menjajaki alternatif instrumen pendanaan eksternal dengan mempertimbangkan cost of fund yang paling kompetitif bagi perseroan.
Baca Juga
Adapun, Kunto menjelaskan bahwa pada tahun ini perseroan akan fokus untuk ekspansi di bisnis penghiliran mineral.
Hal tersebut tercermin dari upaya perseroan untuk terus mengejar penyelesaian proyek smelter Feronikel dan SGAR sehingga dapat segera berkontribusi terhadap kinerja perseroan di tengah outlook nikel yang semakin positif.
Hingga akhir 2020, smelter Feronikel Haltim mencapai kemajuan konstruksi sebesar 98 persen. Pabrik Feronikel Haltim line-1 nantinya akan memiliki kapasitas 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi).
Dengan demikian, setelah rampung smelter itu akan menambah portfolio kapasitas produksi total tahunan perseroan menjadi 40.500 TNi, dari kapasitas saat ini hanya sebesar 27.000 TNi.
Di sisi lain, belum lama ini ANTM resmi tergabung dalam Indonesia Battery Corporation, holding BUMN yang menaungi industri baterai kendaraan listrik mulai dari hulu hingga hilir bersama dengan MIND ID, Pertamina dan PLN.
Dalam rantai industri tersebut perseroan berkomitmen untuk memasok bahan baku baterai kendaraan listrik, yaitu nikel.
Sejalan dengan itu, ANTM juga mematok target produksi dan penjualan bijih nikel secara agresif pada tahun ini. ANTM menargetkan produksi bijih nikel sebesar 8,84 juta wet metrik ton (wmt), sedangkan penjualan sebesar 6,71 juta wmt.
Padahal, pada 2020 perolehan produksi bijih nikel ANTM hanya sebesar 4,6 juta wmt dengan penjualan hanya sebesar 3,3 juta wmt.
Kunto menjelaskan, agresifnya target itu juga untuk menjawab kebutuhan domestik seiring dengan meningkatnya aktivitas smelter, membaiknya industri, dan kenaikan harga komoditas.
“Antam terbuka terhadap segala peluang yang akan mendukung penguatan bisnis komoditas utama perseroan mulai dari hulu hingga hilir yang diharapkan memperkuat kinerja positif perseroan,” papar Kunto.