Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas sedikit meningkat pada akhir perdagangan Selasa pagi (6/2/2021) terangkat oleh pelemahan dolar Amerika Serikat (AS).
Sayangnya, kenaikan Wall Street yang dipicu harapan untuk pemulihan ekonomi yang lebih cepat menyusul data pekerjaan dan sektor jasa AS yang kuat membatasi keuntungan logam mulia.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi COMEX New York Exchange, naik tipis US$0,4 atau 0,02 persen menjadi ditutup pada US$1.728,80 per ounce. Bursa emas tutup pada Jumat (2/4/2021) untuk libur Paskah. Sebelumnya, Kamis (1/4/2021), emas berjangka melonjak US$12,8 atau 0,75 persen menjadi US$1.728,40.
Emas berjangka juga melambung US$29,6 atau 1,76 persen menjadi US$1.715,60 pada Rabu (31/3/2021), setelah anjlok US$28,6 atau 1,67 persen menjadi US$1.686 pada Selasa (30/3/2021), dan terpuruk US$20,10 atau 1,16 persen menjadi US$1.712,20 pada Senin (29/3/2021).
"Ada optimisme luas untuk pemulihan ekonomi AS ... Pasar saham AS yang kuat secara teknis merupakan lingkungan yang sulit untuk emas," kata Edward Moya, Analis Pasar senior di OANDA.
Indeks S&P 500 dan Dow mencapai rekor tertinggi di tengah data yang menunjukkan ekonomi AS menciptakan lapangan kerja terbanyak dalam tujuh bulan pada Maret. Data Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (2/4/2021), menunjukkan 916.000 pekerjaan ditambahkan pada bulan tersebut, hasil terbaik dari ukuran ini. sejak Agustus.
Baca Juga
Sementara itu, ukuran aktivitas sektor jasa melonjak ke rekor tertinggi. Institute for Supply Management melaporkan indeks manajer pembelian sektor jasa-jasa naik ke level tertinggi sepanjang masa di 63,7 pada Maret, naik dari 55,3 pada Februari.
Dolar AS mencapai level terendah lebih dari satu minggu terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Emas juga mendapat dukungan dari laporan Departemen Perdagangan AS pada Senin (5/4/2021) bahwa pesanan pabrik turun 0,8 persen pada Februari setelah melonjak 2,7 persen pada Januari.
Sementara itu, pengumuman Presiden AS Joe Biden tentang rencana belanja infrastruktur dua triliun dolar AS yang telah lama ditunggu-tunggu minggu lalu telah memicu kekhawatiran tentang inflasi.
"Stimulus bersifat inflasi dan berpotensi bullish untuk emas dalam jangka panjang, dan juga perak, tetapi pada jangka pendek pedagang fokus pada aspek ekonomi positif dari paket stimulus," kata analis senior Kitco Metals, Jim Wyckoff.
Investor juga menunggu risalah dari pertemuan kebijakan terakhir Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang akan dirilis pada Rabu (7/4/2021) untuk arahan.
"Sejauh ini, The Fed cukup berkomitmen untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah hingga akhir 2023, tetapi jika inflasi meningkat ... maka mereka akan mencapai tujuan jangka panjang lebih cepat dari yang diharapkan," kata Jigar Trivedi, Analis Komoditas pada Anand Rathi Shares yang berbasis di Mumbai.
"Jika itu terjadi, kami akan melihat kenaikan suku bunga dan itu akan berdampak negatif bagi harga emas."
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei turun 16,8 sen atau 0,67 persen menjadi ditutup pada US$24,78 per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli naik US$1,2 atau 0,1 persen menjadi ditutup pada US$1.209,8 per ounce.