Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dana Asing Keluar, Analis: Dari Saham serta Obligasi

Kementerian Keuangan ditenggarai tidak akan menyerap maksimal SBN karena harus menawarkan bunga lebih tinggi dibandingkan dengan yield obligasi AS.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA - Para investor asing di Tanah Air ditenggarai membawa dananya ke pasar Amerika Serikat.

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Nicodimus Anggi Kristiantoro mencatat dalam sebulan terakhir arus keluar dana global ini terjadi di pasar saham maupun di pasar obligasi.

"Pada Maret [2021], dana asing keluar dari pasar saham Rp2,4 triliun, asing juga keluar dari pasar obligasi Rp20 triliun dalam sebulan. Memang ada indikasi sedang ada peralihan aliran dana asing kembali ke Amerika dikarenakan ada potensi gain tambahan akibat tingginya kenaikan yield US treasury," ujar Nico seperti dilansir Antara, Senin (5/4/2021).

Nico mengatakan kenaikan imbal hasil tidak hanya di pasar Amerika. Surat berharga negara (SBN) milik pemerintah RI juga terus mendaki naik.

Imbal hasil obligasi AS 10 tahun naik 34 basis poin (bps) dari 1,4 persen pada 26 Februari 2021 menjadi 1,74 persen dalam sebulan.

Sedangkan imbal hasil SBN 10 tahun naik 14 bps dari 6,77 persen pada 26 Februari 2021 menjadi 6,92 persen dalam sebulan.

"Tapi, karena yield US treasury naik begitu cepat, makanya spread jadi mengecil," kata Nico.

Dalam sebulan, selisih (spread) antara imbal hasil (yield) obligasi AS dan imbal hasil SBN menyempit 20 bps, dari sekitar 537 bps pada akhir Februari menjadi 518 bps pada akhir Maret.

"Makanya, selama sebulan ini pemerintah selalu tidak maksimal menyerap dana lelang karena memang pemerintah harus selektif dalam menyerap dana dari pelaksanaan lelang tersebut agar tidak terkena risiko beban bunga yang terlalu besar," ujarnya.

Ia menambahkan sebagian besar defisit APBN memang dominan akan dibiayai oleh penerbitan SBN, sedangkan sisanya dalam porsi yang lebih sedikit dibiayai oleh pinjaman utang dalam dan luar negeri.

Analis Bina Artha Sekuritas Nafan Aji mengatakan jika imbal hasil obligasi RI naik, maka kewajiban untuk membayar bunga juga naik. Dalam kondisi tersebut, berat bagi Kementerian Keuangan untuk menerbitkan obligasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi.

"Mau tidak mau untuk menarik minat asing masuk ke obligasi RI, pemerintah mesti menerbitkan SUN dengan yield yang lebih tinggi. Supaya menjadi menarik," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper