Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) Indonesia diyakini masih dapat menguat pada tahun ini seiring dengan prospek kembalinya investor asing ke pasar obligasi dalam negeri.
Data dari laman World Government Bonds pada Senin (29/3/2021) mencatat, tingkat imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) Indonesia seri acuan 10 tahun berada di kisaran 6,825 persen. Dalam sebulan terakhir, pergerakan yield SUN Indonesia terpantau melemah 14,9 basis poin.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, sentimen utama yang memicu pelemahan yield SUN Indonesia adalah kenaikan imbal hasil obligasi AS atau US Treasury yang masih berlanjut.
Ramdhan memaparkan, menguatnya yield US Treasury membuat para investor cenderung lebih memperhatikan pergerakan imbal hasil dari AS. Apalagi, tren ini masih berada pada tahap awal, sehingga akan mendapat perhatian khusus dari para investor.
Kenaikan imbal hasil US Treasury memicu para investor asing untuk memindahkan dananya dari emerging market seperti Indonesia ke AS. Pasalnya, tingkat likuiditas di pasar AS jauh lebih besar dibandingkan dengan Indonesia sehingga dinilai menjanjikan oleh para investor.
“Memudarnya minat investor terhadap pasar obligasi domestik terlihat dari hasil lelang SUN Indonesia yang hasil penawarannya terus menunjukkan penurunan selama beberapa minggu belakangan,” katanya saat dihubungi pada Senin (29/3/2021).
Baca Juga
Meski demikian, Ramdhan optimistis potensi penguatan yield SUN Indonesia terbuka pada tahun ini. Ia menjelaskan, sentimen kenaikan imbal hasil US Treasury hanya akan berlangsung dalam jangka pendek.
Menurutnya, investor asing akan kembali masuk ke emerging market seperti Indonesia setelah terbentuknya kondisi pasar terbaru di AS. Hal tersebut akan ditandai dengan melandainya pergerakan yield US Treasury dan munculnya dampak dari paket stimulus AS terhadap perekonomian.
Setelah market mencapai titik tersebut, investor akan mencari pasar-pasar lain yang menawarkan return lebih menarik. Ramdhan menuturkan, Indonesia termasuk dalam kategori tersebut mengingat yield obligasinya yang terbilang menarik.
Prospek penguatan imbal hasil SUN Indonesia juga ditopang oleh kebijakan-kebijakan Bank Indonesia (BI) yang akomodatif terhadap pasar surat utang. Salah satu langkah BI yang diapresiasi investor asing terhadap pasar SUN Indonesia adalah memperbolehkan sektor perbankan untuk masuk dalam lelang SUN.
Hal tersebut juga diikuti dengan komitmen BI yang bersedia menyerap SUN baik di pasar primer maupun sekunder. Hal ini akan menjaga tingkat likuiditas pasar obligasi Indonesia di level yang optimal sehingga akan memicu kembalinya investor asing ke Indonesia.
“Dengan kondisi yang dijaga optimal oleh investor domestik, kembalinya investor asing nantinya akan semakin memperkuat likuiditas pasar obligasi Indonesia,” katanya.
Ramdhan memprediksi, dalam jangka pendek yield SUN Indonesia akan bergerak di kisaran 6,5 persen hingga 6,75 persen.
“Setelah investor asing kembali ke Indonesia, yield obligasi Indonesia akan mengalami penguatan berkelanjutan. Hingga akhir tahun, yieldnya kemungkinan berada di posisi 6,25 persen,” pungkasnya.