Bisnis.com, JAKARTA – Harga tembaga kembali terkoreksi selama dua hari beruntun seiring dengan penurunan pesanan barang tahan lama (durable goods) dari AS yang memicu kekhawatiran terhadap prospek permintaan.
Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (25/3/2021), harga tembaga dengan kontrak tiga bulan di London Metal Exchange (LME) terpantau turun 0,03 persen pada level US$8.977,50 per ton setelah sempat naik hingga 0,7 persen.
Salah satu katalis penekan harga tembaga adalah total pesanan barang tahan lama (durable goods) dari AS turun 1,1 persen pada Februari 2021 dibandingkan dengan bulan lalu. Koreksi ini merupakan yang pertama sejak April 2020 lalu.
Berkurangnya pesanan mengindikasikan terhentinya rebound industri manufaktur Negeri Paman Sam. Adapun, durable goods merupakan barang yang umumnya dapat bertahan selama minimal tiga tahun.
Laporan dari AS semakin meningkatkan kekhawatiran pasar terhadap prospek pemulihan ekonomi dunia. Sebelumnya, pembatasan pergerakan akibat virus corona di Jerman, Peranci, dan italia telah menekan selera risiko para investor.
Senior Market Strategist di RJO Futures Bob Haberkorn mengatakan, para investor saat ini tengah menilai ulang prospek pembukaan kembali kegiatan ekonomi pada sejumlah negara. Di sisi lain, prospek penambahan pasokan dari Chile juga membatasi pergerakan harga tembaga.
Baca Juga
Perwakilan persatuan buruh pada tambang tembaga di Los Pelambres, Chile telah mencapai kesepakatan baru dengan Antofagasta Plc sebagai pemilik tambang tersebut. Kesepakatan tersebut rencananya akan ditandatangani pada hari Rabu waktu setempat.
Sebagai informasi, tambang di Los Pelambres menyumbang sekitar 6 persen dari total produksi tembaga di Chile.
Sementara itu, spread antara harga tembaga berjangka dan tembaga di pasar spot ditutup pada posisi contango untuk pertama kalinya dalam dua bulan. Hal tersebut menandakan terjadinya penurunan permintaan atau kenaikan pasokan.