Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hadapi Persaingan di Industri Reksa Dana, Ini Jurus Danareksa IM

Sebagai perusahaaan manajer investasi tertua di Indonesia, Danareksa Investment Management (DIM) memiliki cakupan produk yang luas dari mulai yang low risk seperti reksa dana pasar uang maupun high risk seperti reksa dana saham.
Direktur Utama PT Danareksa Investment Management (DIM) Marsangap P. Tamba (Kanan) dan Komisaris Utama DIM Lukman Nur Azis (Kiri)./DIM
Direktur Utama PT Danareksa Investment Management (DIM) Marsangap P. Tamba (Kanan) dan Komisaris Utama DIM Lukman Nur Azis (Kiri)./DIM

Bisnis.com, JAKARTA—Jumlah pemain dalam industri reksa dana yang makin marak membuat manajer investasi melakukan pendekatan baru untuk mempertahankan posisi mereka di pasar.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, di industri reksa dana saat ini terdapat 98 manajer investasi yang memiliki izin operasional resmi. Adapun, lebih dari separuh dana kelolaan industri dipegang oleh segelintir manajer investasi saja.

Sebagai gambaran, per akhir Februari 2021, dana kelolaan industri reksa dana tercatat sebesar Rp571,74 triliun. Dari jumlah tersebut, Rp356,23 triliun atau 62,30 persen dari total asset under management (AUM) industri dikelola oleh 10 manajer investasi terbesar.

Direktur Utama Danareksa Investment Management (DIM) Marsangap P Tamba mengatakan semakin banyaknya pemain dalam industri reksa dana memacu perseroan untuk semakin semangat berkompetisi secara sehat.

Marsangap menuturkan, salah satu strategi DIM dalam memperluas dan mempertahankan pangsa pasar pada tahun 2021 adalah penajaman kinerja pada produk-produk yang telah mereka miliki. Sebagai MI tertua di Indonesia, dia menyebut DIM memiliki cakupan produk yang luas dari mulai yang low risk seperti reksa dana pasar uang maupun high risk seperti reksa dana saham.

“Dengan penajaman kinerja pada existing produk reksa dana open end, kami berharap dapat memperkuat eksistensi kami bukan hanya sebagai pionir reksa dana namun juga dapat memberikan imbal hasil optimal bagi nasabah atas produk yang telah kami luncurkan,” katanya ketika dihubungi Bisnis, Rabu (24/3/2021).

Perseroan juga tengah mempersiapkan beberapa produk investasi alternatif tetap dalam pipeline mereka untuk diluncurkan pada tahun 2021 ini, setelah sebelumnya sempat mengalami penundaan pada tahun 2020 karena kondisi pasar yang kurang kondusif akibat pandemi.

“Kami tetap konsisten untuk menjadi Manajer Investasi yang menawarkan produk investasi alternatif bagi emiten sehingga mereka dapat memperoleh alternatif pembiayaan project sektor riil melalui pasar modal,” tambah dia.

Selain itu, DIM juga berharap dapat mengoptimalkan kerja sama dengan mitra distribusi baik perbankan maupun perusahaan teknologi finansial (fintech).

Marsangap menyebut pemanfaatan pemasaran digital juga menjadi salah satu upaya perseroan untuk tetap dekat dengan nasabah dan menyampaikan produk dan layanan mereka meski kondisi saat ini masih sangat terbatas untuk berinteraksi langsung.

Dia menuturkan, industri reksa dana mengalami prospek cukup baik di tahun ini. Bahkan di 2020 lalu yang mana terjadi pandemi, industri tumbuh positif baik dari sisi dana kelolaan dan unit penyertaan. Ditambah kehadiran investor baru yang bertambah signifikan.

Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, sepanjang 2020 lalu terjadi pertumbuhan investor baru reksa dana yang sangat pesat, yakni menjadi 3,17 juta investor per akhir 2020 dari 1,77 investor per akhir 2019, atau tumbuh 78,95 persen.

Adapun, jumlah tersebut telah kembali bertambah di awal tahun ini. Dalam dua bulan pertama 2021, KSEI mencatat penambahan investor reksa dana sebesar 20,50 persen, dari yang semula 3,17 juta investor per akhir Desember 2020, menjadi 3,82 juta investor per akhir Februari 2021.

Menurut Marsangap, realisasi tersebut menunjukkan animo dan kesadaran masyarakat untuk berinvestasi reksa dana. Hal ini karena reksa dana menjadi lebih terjangkau baik dari sisi nominal maupun dari sisi aksesibilitas.

“Peningkatan kemudahan aksesibilitas ini tidak luput dari peranan perusahaan fintech yang menjadi katalis pertumbuhan jumlah investor dalam beberapa tahun terakhir,” tambahnya.

Meskipun dari sisi dana kelolaan belum besar, dia menilai pertumbuhan investor ritel sebagai prospek industri ke depannya dan manajer investasi perlu mengoptimalkan momen tersebut untuk sustainabilitas perusahaan melalui pengembangan basis nasabah.

“Peluang ini telah ditangkap DIM yang mana DIM meluncurkan aplikasi mobile InvestASIK pada tahun 2019 lalu. Selain itu DIM juga memperkuat pengembangan kerja sama dengan lebih dari 10 mitra fintech,” kata dia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper