Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Gocapan Mulai Naik Kasta, Recommended Gak Ya?

Pada penutupan perdagangan Selasa (23/3/2021), sejumlah saham yang sebelumnya dilabeli termasuk emiten harga gocapan mulai merangkak meninggalkan harga paling murah tersebut.
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten dengan harga Rp50 per lembar sahamnya kini mulai mengalami kebangkitan harga. Namun, kenaikan harga tersebut dinilai tidak serta merta membuat sahamnya layak dikoleksi.

Pada penutupan perdagangan Selasa (23/3/2021), sejumlah saham yang sebelumnya dilabeli termasuk emiten harga gocapan mulai merangkak meninggalkan harga paling murah tersebut.

Saham seperti PT Zebra Nusantara yang terkena auto reject atas (ARA) naik 25 persen ke level 380. Kemudian, ada PT MNC Investama Tbk. (BHIT) yang turun 1,75 persen ke level 56.

Selain itu, ada PT Bank Artha Graha Internasional Tbk. (INPC) yang terkena auto reject bawah (ARB) turun 6,19 persen ke level 212. Kemudian, saham PT Mahaka Media Tbk. (ABBA) yang turun 2,06 persen ke level 190.

Emiten lainnya PT Mahaka Radio Integra Tbk. (MARI) yang harganya stagnan di level 256, kemudian PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA) yang turun 6,25 persen ke level 60. Terakhir ada PT PP Properti Tbk. (PPRO) yang turun 2,53 persen ke harga 77.

Analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr menuturkan meski harga sahamnya sudah mulai melaju tetapi saham-saham tersebut belum direkomendasikan.

"Mereka cukup volatile pergerakannya dan volume transaksinya pun tidak konsisten," jelasnya kepada Bisnis, Selasa (23/3/2021).

Menurutnya, saham seperti ini hanya dapat dimanfaatkan untuk trading jangka pendek. Itu pun dengan catatan jika cocok dengan profil risiko yang agresif.

"Kalau tidak, lebih baik tidak usah melirik saham-saham volatile seperti ini," imbuhnya.

Adapun, SVP Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial menegaskan saham-saham gocapan ini bukanlah saham favoritnya. Pasalnya, tingkat rasio utangnya secara keseluruhan terlalu tinggi baik dari sisi debt to EBITDA ratio dan debt to equity ratio.

"Jadi berat dari sisi EBITDA maupun free cash flow untuk perlahan bayar utang pokok dan bunga. Harus ada penyertaan modal baru via right issue untuk mengurangi kadar utang tersebut," paparnya.

Namun, dari sisi free cash flow atau EBITDA pun butuh waktu lama untuk dapat mengurangi utang pokok maupun bayar bunga berjalan. "Dengan kata lain, dari saya tidak ada rekomendasi sama sekali," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper