Bisnis.com, JAKARTA – Kabar dari sejumlah sektor ekonomi yang menjadi sorotan harian Bisnis Indonesia edisi hari ini, Selasa (23/3/2021), sambut Ramadan dan Idulfitri emiten peritel atur strategi untuk tingkatkan pertumbuhan penjualan.
Selain itu, kabar pasar lainnya mengenai efek bola salju dari utang perusahaan pelat merah serta investor asing yang masih terus kabur dari pasar surat utang negara sepanjang tahun berjalan.
Berikut beberapa rincian isu-isu terkini seputar perekonomian di Indonesia:
1. Adu Strategi Emiten Peritel
Sinyal pemulihan daya beli dan jam operasional pusat belanja diperpanjang menjadi angin segar bagi pelaku usaha ritel. Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey berharap pertumbuhan penjualan pada momen Ramadan dan Idulfitri tahun ini dapat tumbuh 10-15 persen. Di mana tahun sebelumnya berkontribusi 8-9 persen.
2. Cermati Efek Bola Salju Utang BUMN
Baca Juga
Pemerintah perlu mewaspadai efek bola salju dari utang yang ditarik BUMN, karena berisiko pada stabilitas fiskal dalam jangka panjang. Risiko makin besar menyusul kebijakan pemerintah yang memberikan suntikan dana melalui penyertaan modal negara setiap tahun. Sejalan dengan itu, OECD merekomendasikan pemerintah untuk melakukan reformasi terhadap perusahaan pelat merah.
3. Asing Kabur dari Pasar Obligasi
Investor asing masih terus kabur dari pasar surat utang negara sepanjang tahun berjalan sekalipum tingkat credit default swap Indonesia cenderung stabil. Sentimen eksternal dituding sebagai faktor utama keluarnya investor. Berdasarkan data DJPPR, kepemilikan nonresiden di surat berharga negara turun dari posisi akhir 2020.
4. Suntikan Fiskal Tersumbat, Penyehatan Tersendat
Pemerintah negara-negara Eropa mengingatkan risiko suramnya prospek pemulihan ekonomi di kawasan tersebut pada tahun ini seiring dengan pasokan vaksin yang penuh dengan ketidakpastian, serta kucuran stimulus fiskal yang tersumbat. Presiden European Central Bank (ECB) Christine Lagarde memberikan isyarat kekhawatiran melambatkan pemulihan pandemi di Eropa dibandingkan dengan Amerika Serikat.
5. Prospek Permintaan Melemah, Harga Mendingin
Harga minyak dunia kembali terkoreksi menyusul sikap investor yang mempertimbangkan prospek pelemahan permintaan jangka pendek. Sinyal pelemahan tampak saat sejumlah kargo minyam untuk kontrak April dari Afrika Barat tidak terjual. Di sisi lain, Jerman kembali mempertimbangkan untuk memperpanjang lockdown guna mencegah penyebaran virus Covid-19.