Bisnis.com, JAKARTA – Harga surat utang negara (SUN) diproyeksi semakin turun seiring dengan berlanjutnya tren kenaikan imbal hasil obligasi AS.
Berdasarkan data worldgovernmentbonds.com, imbal hasil atau yield SUN Indonesia untuk tenor 10 tahun berada di level 6,88 persen, naik signifikan dari posisi akhir 2020 lalu di level 5,97 persen.
Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang mengatakan bahwa yield SUN untuk tenor 10 tahun diperkirakan terus naik dan bisa melebih 7 persen.
Hal itu pun seiring dengan perkiraan yield obligasi AS untuk tenor 10 tahun yang bisa mencapai 2,4 persen atau lebih sejalan dengan perkiraan naiknya inflasi AS ke level 2,4 persen.
Adapun, pada penutupan perdagangan Jumat (19/3/2021), yield obligasi AS untuk tenor 10 tahun berada di posisi 1,732 persen.
“Dampak dari hal itu sudah bisa diperkirakan, harga obligasi akan semakin terkapar alias turun,” ujar Edwin seperti dikutip dari publikasi risetnya, Senin (22/3/2021).
Sebagai informasi, yield SUN dengan harga obligasi berbanding terbalik. Ketika yield turun artinya harga obligasi meningkat dan berlaku sebaliknya.
Di sisi lain, tren kenaikan yield obligasi AS pada pekan lalu sempat tertahan didukung pernyataan The Fed.
Gubernur The Fed Jerome Powell dan rekan-rekannya tetap bertahan dengan sikap dovish atau kebijakan moneter yang lebih longgar pada akhir pertemuan Rabu (17/3/2021), meski prospek ekonomi Amerika Serikat meningkat dan kekhawatiran inflasi meningkat di pasar keuangan.
Sementara lebih banyak pejabat The Fed melihat awal penarikan kebijakan moneter ultra-easy, Powell menekankan ini tetap merupakan pandangan minoritas. Pesan itu membantu secara singkat membendung kenaikan suku bunga obligasi yang tak henti-hentinya.