Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan mineral PT Timah Tbk. menunjukkan neraca keuangan yang tidak sehat pada 2020.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, emiten berkode saham TINS itu mencatatkan rugi tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp340,59 miliar pada 2020.
Selain itu, emiten pelat merah itu membukukan total liabilitas sebesar Rp9,57 triliun yang terdiri atas liabilitas jangka pendek sebesar Rp5,86 triliun dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp3,71 triliun.
Adapun, total liabilitas itu sesungguhnya berhasil turun 36 persen dibandingkan dengan liabilitas 2019 sebesar Rp15,1 triliun.
Namun, total pinjaman yang dimiliki TINS dan akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan ke depan mencapai Rp4,56 triliun, yang terdiri atas Rp3,8 triliun pinjaman bank jangka pendek dan Rp759,02 miliar liabilitas supplier financing.
Sementara itu, PT Timah hanya mempunyai total kas dan setara kas sebesar Rp807,3 miliar per akhir 2020. Jumlah itu turun 49,5 persen dibandingkan dengan posisi kas setara kas akhir 2019 sebesar Rp1,59 triliun.
Baca Juga
Sejalan dengan itu, pada 31 Desember 2020 TINS mengaku tidak memenuhi sejumlah batasan yang diwajibkan dalam perjanjian pinjaman dengan beberapa kreditur terkait dengan batasan rasio keuangan yang dipersyaratkan.
Selain itu, dalam laporan keuangannya, Manajemen PT Timah Tbk. juga menjelaskan bahwa perseroan mengalami penurunan produksi bijih timah dan produk timah sejak pertengahan 2020 hingga tanggal penerbitan laporan keuangan.
Hal itu disebabkan terbatasnya pasokan bijih timah yang diperoleh dari kerja sama dengan mitra perseroan.
“Hal-hal di atas pun menimbulkan ketidakpastian tentang kemampuan Grup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya,” tulis manajemen PT Timah dikutip dari laporan keuangan 2020, Minggu (14/3/2021).
Oleh karena itu, perseroan berencana mengelola pinjaman yang meliputi pengurangan pinjaman dengan bunga dan perubahan portofolio pinjaman yang ada. Manajemen TINS juga tidak berencana menambah fasilitas pinjaman baru pada 2021, kecuali perpanjangan fasilitas pinjaman yang sudah ada jika diperlukan.
Emiten pelat merah itu juga mengaku akan terus melakukan beberapa upaya efisiensi, mulai dari menekan biaya produksi hingga efisiensi beban operasional.
Manajemen TINS juga akan mengubah strategi penjualan, penambangan yang selektif pada cadangan yang berkadar tinggi dan cadangan utama, efisiensi pada belanja modal, dan lain-lain.
Manajemen pun berkeyakinan rencana tersebut dapat membantu perseroan melangsungkan usahanya.
“Namun, masih terdapat ketidakpastian material dikarenakan Grup bergantung pada dukungan dari kreditur yang ada untuk perpanjangan beberapa fasilitas pinjaman yang ada beserta kemampuan Grup memperbaiki operasi, kinerja, dan posisi keuangannya,” tulis manajemen Timah.