Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dibayangi Sentimen Stimulus AS, Ini Prospek Lelang SBSN Menurut Analis

Minat investor terhadap lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara besok diperkirakan masih terbatas. 
 Ilustrasi Sukuk Negara Ritel./JIBI-Nurul Hidayat
Ilustrasi Sukuk Negara Ritel./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Hasil lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara pada Selasa (9/3/2021) kemungkinan tidak akan banyak berubah dibandingkan lelang sebelumnya. 

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Nicodimus Anggi mengatakan, minat investor terhadap lelang sukuk besok diperkirakan masih terbatas. 

Dia memprediksi hasil penawaran berada di kisaran Rp20 triliun hingga Rp24 triliun. Selain itu, seri-seri bertenor pendek menengah diprediksi paling banyak disasar. 

"Peserta lelang akan cenderung wait and see menunggu tekanan yang tengah terjadi di pasar mereda," katanya saat dihubungi pada Senin (8/3/2021).

Nico memaparkan, salah satu sentimen utama yang mempengaruhi pasar lelang sukuk adalah tren kenaikan imbal hasil (yield) obligasi AS atau US Treasury. Tren ini dapat mendorong outflow asing utk lebih menyasar obligasi AS.

Selain itu, pasar juga masih menunggu kejelasan proses akhir persetujuan stimulus fiskal AS jelang tenggat waktu yang berakhir 14 Maret mendatang. 

Sebelumnya, Presiden Joe Biden berada di ambang kemenangan legislatif pertamanya, setelah DPR AS mengesahkan paket tersebut melalui hasil pemungutan suara 50-49, pada Sabtu pekan kemarin.

Ketua DPR dari Partai Demokrat Steny Hoyer mengatakan, paket stimulus ini akan masuk dalam tahap pembahasan lanjutan di komitenya pada Selasa pekan ini waktu setempat. Paket stimulus tersebut juga merupakan insentif fiskal terbesar kedua sepanjang sejarah AS. 

Dia melanjutkan, jika yield yang diminta peserta lelang tidak terlalu tinggi atau masih masuk dalam kriteria pemerintah, maka pemerintah berpotensi mendapatkan dana lelang sesuai target indikatifnya. 

"Namun jika sebaliknya, pemerintah akan selektif terhadap seri-seri yang bisa diserap agar terhindar dari risiko tingginya beban bunga," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper