Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham BUMN Karya Tertekan,Saatnya Buy on Weakness?

Prospek saham BUMN karya dinilai dibayangi persepsi negatif terhadap kinerja emiten.
Pekerja menggunakan alat berat beraktivitas di proyek infrastruktur milik salah satu BUMN Karya di Jakarta, Kamis (13/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menggunakan alat berat beraktivitas di proyek infrastruktur milik salah satu BUMN Karya di Jakarta, Kamis (13/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten BUMN karya mengalami koreksi harga saham sejak awal tahun. Potensi penurunan pendapatan ditengarai menjadi alasan investor memilih keluar dari BUMN karya.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, secara year to date atau tahun berjalan harga saham BUMN karya mengalami penurunan. PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) memimpin pelemahan hingga 14,48 persen secara ytd ke level 1595.

Menyusul, emiten operator tol PT Jasa Marga Tbk. (JSMR) mengalami penurunan hingga 12,1 persen, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) turun 12,09 persen. Kemudian, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) turun 10,1 persen dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) turun 0,69 persen.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menuturkan turunnya sejumlah harga saham BUMN karya kemungkinan karena adanya asumsi kinerja tahunan akan turun di tengah kondisi pandemi Covid-19.

"Asumsi ini muncul bukan karena semata-mata mereka tidak dapat proyek, tapi soal pembayaran ke BUMN karya tersebut. Seperti kita ketahui, BUMN karya banyak mengerjakan proyek infrastrukturnya pemerintah, ada kekhawatiran telat bayar," ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (4/3/2021).

Menurutnya, ketika pemerintah saat ini lebih banyak alokasikan dana untuk kesehatan dibandingkan dengan infrastruktur sehingga pelaku pasar berasumsi pembayaran atas pengerjaan proyek BUMN karya akan tertunda sehingga dapat mengurangi kinerjanya.

Reza menilai dari sisi level harga saham memang menarik untuk kembali di Buy on Weakness pada emiten-emiten tersebut. Namun, masalahnya sentimen kinerja ini masih ada sehingga potensi naik pun akan sulit jika persepsi tersebut masih ada.

Persepsi ini baru akan hilang ketika realisasi kinerja melalui laporan keuangan tahunan sudah keluar, sehingga investor dapat melakukan pilihan yang lebih berdasarkan data.

"Pelaku pasar tidak hanya melihat berapa banyak proyek yang dikerjakan, tapi juga melihat dari sekian banyak proyek yang dikerjakan berapa besar dapat menghasilkan pendapatan atau revenue," ujarnya.

Dia kemudian merekomendasikan hold untuk seluruh BUMN karya ditambah Jasa Marga. Rekomendasinya hold untuk JSMR dengan target price (TP) 4350, WSKT dengan TP 1500, PTPP dengan TP 1695, dan WIKA dengan TP 1860.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper