Bisnis.com, JAKARTA - Kabar dari sejumlah sektor ekonomi yang menjadi sorotan harian Bisnis Indonesia edisi hari ini, Kamis (4/3/2021), industri seluler yang mengalami pengurangan pendapatan.
Selain itu juga membahas pupusnya investasi asing untuk minuman beralkohol, hingga reli minyak yang diperkirakan masih akan berlanjut.
Berikut beberapa rincian isu-isu terkini seputar perekonomian di Indonesia:
1. Kemelut Industri Seluler
Di tengah lonjakan penggunaan internet selama pandemi Covid-19, pendapatan perusahaan telekomunikasi nasional justru tertekan. Perang harga dan program subsidi kuota dari pemerintah menjadi faktor penyebabnya dan menyebabkan pendapatan per pelanggan (average revenue per user/ARPU) tergerus.
2. Asa Investasi Asing Minol Pupus
Harapan industri minuman beralkohol di daerah tertentu mendapatkan dukungan investasi dari berbagai sumber, baik asing maupun domestik pupus, setelah Presiden Joko Widodo mencabut butir-butir Lampiran Perpres No. 10/2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal.
3. Investor Ritel Tetap Jadi Andalan
Meski terjadi penurunan secara bulanan, tetapi transaksi saham tetap tumbuh signifikan secara tahunan pada Februari 2021. Aktivitas dari investor ritel masih jadi andalan. Secara tahunan, total transaksi sepanjang Februari 2021 sebanyak Rp624,93 triliun masih lebih tinggi dari Februari 2020 yang hanya Rp278,45 triliun alias meningkat 55,44 persen atau 2,24 kali secara year on year (yoy).
4. Berkah Bagi Pengangkut, Musibah Bagi Peritel
Kelangkaan kontainer layaknya pisau bermata dua. Di satu sisi kondisi ini menjadi berkah pelaku usaha logistik sejalan dengan meningkatnya arus perdagangan global. Namun kelangkaan ini seperti musibah bagi peritel lantaran terbatasnya pasokan barang. Ditambah, sejumlah analis memprediksi kemacetan lalu lintas kargo di darat, laut, dan koridor udara dapat berlanjut hingga 2022.
5. Reli Minyak Bisa Berlanjut
Investor masih menanti respons kebijakan penambahan pasokan dari OPEC+ pada pertemuan pekan ini yang bisa menentukan arah harga minyak mentah global. Mayoritas analis sepakat harga tetap bullish tahun ini. Harga komoditas energi ini dalam tren kenaikan karena salah satunya ditopang oleh kebijakan Arab Saudi memangkas tambahan produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari untuk Februari dan Maret.