Bisnis.com, JAKARTA — Meski didera volatilitas amat tinggi selama setahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia, pasar modal tetap mampu mencatat sejumlah pencapaian, khususnya di akhir 2020 dan awal 2021 ini.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi mengatakan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang setahun belakangan sangat dipengaruhi oleh perkembangan pandemi di Tanah Air.
Dia menuturkan, ketika pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pertama diberlakukan pada periode Maret hingga Mei 2020, indeks komposit terguncang dan anjlok dalam hingga 11,3 persen selama periode tersebut.
Adapun, begitu pelonggaran PSBB berlaku mulai Juni hingga pertengahan September 2020, IHSG langsung bereaksi positif seiring ekspektasi pasar bahwa pelonggaran PSBB dapat kembali mendorong roda ekonomi.
“Waktu PSBB fase 2, September—Oktober itu IHSG turun lagi, tapi kemudian langsung rebound tinggi di akhir tahun, khususnya setelah vaksin di-approve dan mulai bersiap program vaksinasi,” tutur Inarno dalam sesi webinar, Selasa (2/3/2021).
Di sisi lain, dia mengatakan pandemi juga telah membawa sejumlah pencapaian baru di pasar modal, termasuk dari sisi jumlah investor, kapitalisasi pasar, hingga volume, frekuensi, dan nilai transaksi bursa.
Baca Juga
Tercatat, sejumlah rekor berhasil dipecahkan seperti rekor volume perdagangan saham harian yang menyentuh 40,60 miliar juta saham dalam sehari pada 17 Desember 2020. Lalu rekor frekuensi perdagangan hingga 2.00.823 juta kali dalam satu hari pada 14 Januari 2021.
Kapitalisasi pasar bursa juga sempat menyentuh titik tertingginya sepanjang sejarah pada 13 Januari 2021 lalu yakni mencapai Rp7.505 triliun.
“Ini salah satunya dipengaruhi oleh kenaikan jumlah investor kita, khususnya ritel. Saat ini jumlah investor saham kita mencapai milestone 2 juta investor pada 16 Februari lalu,” papar Inarno lebih lanjut.
Dia mengaku puas dan optimistis dengan perkembangan pasar modal saat ini. Pun dirinya meyakini tren pertumbuhan di bursa saham Indonesia akan terus berlanjut dan masih banyak ruang untuk berkembang.
Menurutnya, kondisi pandemi saat ini bukan menjadi tantangan melainkan kesempatan, apalagi di tengah pertumbuhan investor ritel yang sangat besar. Bahkan, Inarno menyebut investor ritel adalah masa depan pasar modal Indonesia.
“Ke depan ritel akan terus naik dan makin besar dan pasar modal akan menjadi lebih resilient terhadap volatilitas global market karena kita digerakkan oleh ritel yang mana merupakan investor domestik,” paparnya.