Bisnis.com, JAKARTA – Emiten kargo batu bara PT Trans Power Marine Tbk. (TPMA) mencanangkan belanja modal hingga Rp150 miliar untuk pembelian 6 set kapal tunda dan tongkang baru untuk melayani kegiatan operasionalnya.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen emiten bersandi TPMA ini menganggarkan belanja modal datau capital expenditure (capex) pada 2021 sebesar Rp150 miliar.
"Di tahun 2021, perusahaan menganggarkan dana sekitar 120 – 150 miliar untuk membeli 5-6 set kapal tunda dan kapal tongkang dan perusahaan juga telah mendapatkan fasilitas pinjaman Bank untuk membiayai pembelian tersebut," ungkap manajemen dalam keterbukaan informasi, Rabu (24/2/2021).
Armada yang dibeli akan digunakan untuk menambah kapasitas pengangkutan perseroan maupun menggantikan armada yang sudah berumur cukup lama dan diharapkan dengan penambahan ini akan meningkatkan kinerja perseroan.
Selain itu, terkait dengan kondisi pinjaman yang dimiliki TPMA di perbankan, perseroan berkomitmen memenuhi tanggung jawabnya kepada pihak perbankan maupun supplier selama pandemi.
"Dengan pengaturan cash flow yang ketat dan di manage dengan baik, Perusahaan tetap dapat melakukan pembayaran cicilan selama tahun 2020 sehingga hutang bank turun menjadi US$21 juta dolar per 30 September 2020 dibandingkan dengan saldo US$26,7 juta dolar pada tanggal 30 september 2019," katanya.
Dengan penurunan ini, perseroan mengharapkan beban bunga utang yang lebih kecil dan dapat meringankan beban liabilitas.
Pada awal 2020, utilisasi kapal TPMA cukup tinggi, bahkan hingga menyewa lebih dari 10 set kapal tunda dan tongkang untuk melayani permintaan pelanggan.
Pada kuartal II/2020, dampak pandemi mulai terasa dengan berkurangnya permintaan pengangkutan kargo sehingga perseroan harus menghentikan penyewaan kapal dari pihak ketiga.
Salah satu penyebabnya adalah PLN kelebihan kapasitas akibat dari ditutupnya gedung perkantoran, mall, sekolah maupun pusat perbelanjaan, dan berbagai properti lainnya. Utilisasi kapal sempat mencapai 60 persen di pertengahan 2020.
"Di kuartal IV/2020, utilisasi sudah mulai naik kembali dan mencapai sekitar 90-95 persen yang salah satu dampaknya dari peningkatan ekspor batubara ke China akibat dihentikannya pengiriman batubara dari Australia oleh China," urainya.