Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bunga Acuan BI Turun, BULL dan LRNA Ragu Kredit Perbankan Lungsur

Emiten transportasi berpendapat, penurunan suku bunga acuan tidak serta merta menurunkan bunga kredit.
MT Bull Flores, salah satu kapal milik PT Buana Lintas Lautan Tbk./bull.co.id
MT Bull Flores, salah satu kapal milik PT Buana Lintas Lautan Tbk./bull.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten transportasi masih menyangsikan kredit investasi untuk pembelian armada baru akan turut lebih murah setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuannya atau BI 7 days repo rate (BI7DRR).

Direktur Utama PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) Kevin Wong mengungkapkan penurunan suku bunga acuan tidak serta merta menurunkan bunga kredit, bahkan terkadang perbankan tidak menurunkan bunga kreditnya untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi.

"Sayangnya bunga kredit bank tidak selalu mengikuti penurunan BI, jadi spread bank membesar. Semoga sebentar lagi bisa ikut turun," jelasnya kepada Bisnis, Selasa (23/2/2021).

Adapun, kondisi pasar perseroannya yang bergerak di kapal tanker minyak mirip dengan permintaan dari kapal kontainer dan tanker gas LPG/VLGC. Seiring dengan perbaikan harga minyak dan aktivitas masyarakat permintaan pun mulai meningkat.

Kevin menerangkan, permintaan minyak sudah mulai meningkat terutama dalam sebulan terakhir kendati belum mencapai taraf seperti masa sebelum pandemi Covid-19.

”Inilah yang sudah mengurangi kapal yang digunakan untuk penyimpanan secara drastis atau sudah turun 80 persen--85 persen sejak Mei-Juni 2020 yang berarti ke depan supply kapal akan kurang," ujarnya.

Di sisi lain, permintaan untuk pemesanan (order book) kapal tanker sudah mengalami titik terendah dalam 30 tahun terakhir dan implementasi ballast water treatment system dan slow speed berpotensi mengurangi kapasitas armada tanker sekitar 5 persen - 10 persen.

Maka, mulai kuartal I/2021 pasokan kapal akan ketat dan permintaan sehingga secara langsung akan mendorong kenaikan tarif sewa tanker. “Kalau tahun 2015 sampai US$60.000 per hari, pada 2020 sampai US$150.000 per hari," jelasnya.

Managing Director Lorena dan Karina Transport Dwi Ryanta Soerbakti menuturkan belanja modal atau capital expenditure (capex) pada 2021 masih menanti perkembangan pasar.

"Untuk capex 2021, kami masih wait and see, karena efek domino dari pandemi masih sangat terasa. Percuma kalau kami menggelontorkan armada baru di saat demand masyarakat sedang turun," ujarnya kepada Bisnis.

Menurutnya, ketika suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI) 7 days repo rate (7DRR) turun ke level 3,5 persen tidak serta merta menurunkan suku bunga kredit bagi armada angkutan umum.

"Untuk suku bunga, kayaknya masih sulit mendapatkan bunga kredit di kisaran 5-6 persen. Sementara waktu, kami defensive mode dahulu, mencoba untuk dapat bertahan," katanya.

Menurutnya, jumlah penumpang yang semakin berkurang masih terjadi pada 2021 ini, sehingga prospek bisnis transportasi darat masih kelabu. Dia mengharapkan pada 2022 kinerjanya baru mulai meningkat, setelah vaksinasi dilakukan terhadap sebagian besar warga Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper