Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat hasil buruk pada akhir perdagangan hari ini, Rabu (17/2/2021). Faktor global dan domestik menjadi penyebab pelaku pasar lebih banyak melakukan aksi jual.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pada sesi penutupan perdagangan hari ini IHSG turun 1,03 persen atau 64,66 poin ke level 6.227,72. Sebanyak 155 saham menguat, 333 saham melemah, dan 149 saham stagnan.
Sepanjang perdagangan, volume transaksi saham hari ini mencapai 17,8 miliar saham dengan nilai Rp13,1 triliun. Selanjutnya, investor asing mencatatkan aksi jual bersih atau net sell Rp 103,00 miliar
Saham PT MD Pictures Tbk. terpantau paling sial setelah anjlok 6,98 persen ke level Rp 320. Kemudian disusul saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM). yang melemah 6,56 persen ke posisi Rp855.
Di sisi lain, investor asing paling banyak melepas saham PT. Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) dengan total net sell hingga Rp 85.63 miliar. Lalu saham PT Bank mandiri (persero) Tbk . (BMRI) mencatatkan net sell sebesar Rp 75,08 miliar.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan ada empat faktor yang mempengaruhi penurunan IHSG hari ini. Pertama pelaku pasar cenderung sepi karena beberapa bursa di Asia masih libur Imlek.
Baca Juga
Kedua, pelaku pasar masih menanti pengesahan program stimulus senilai US$1,9 triliun oleh Kongres AS. Stimulus akan memberikan dampak besar karena aliran likuiditas akan berlimpah dan mengalir ke instrumen saham, termasuk bursa negara berkembang.
“Ketiga market menanti statement Jerome Powell yang diperkirakan akan cenderung dovish,” ujar Nafan kepada Bisnis, Rabu (17/2/2021).
Faktor keempat, pelaku pasar juga menanti pengumuman Bank Indonesia soal tingkat suku bunga acuan. BI dijadwalkan mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (RDG) esok, Kamis (18/2/2021) siang.
Berdasarkan data konsensus Bloomberg, 21 dari 27 ekonom memperkirakan suku bunga acuan akan dipangkas sebesar 25 basis poin menjadi 3,5 persen.
Sebagaimana diketahui, suku bunga acuan BI saat ini berada pada level 3,75 persen dan merupakan level terendah sepanjang sejarah.