Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gemar Belanja Menara, Bagaimana Prospek Saham Tower Bersama (TBIG)?

Akuisisi menara yang dilakukan oleh Tower Bersama (TBIG) dinilai akan menguntungkan karena membawa klien, yaitu Telkomsel dan Smartfren yang mana kedua operator itu telah memenangkan lelang spektrum 5G pertama.
Halaman muka Laporan Tahunan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk 2016./towerbersama
Halaman muka Laporan Tahunan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk 2016./towerbersama

Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan sekuritas mempertahankan rekomendasi beli untuk saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) seiring dengan rencana ekspansi anorganik perseroan.

Analis Indo Premier Sekuritas Hans Tantio mengatakan jumlah menara milik emiten Grup Saratoga ini akan bersaing dengan kompetitornya setelah mengakuisisi 3.000 menara dari PT Inti Bangun Sejahtera Tbk. (IBST) 

“TBIG akan memperkecil selisih jumlah menara dengan Mitratel (TLKM) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR),” tulis Hans dalam riset yang dipublikasikan lewat Bloomberg, dikutip Rabu (17/2/2021).

Setelah akuisisi itu, TBIG akan memiliki sekitar 19.100 menara sementara Mitratel memiliki 22.000 menara dan TOWR memiliki 21.300 menara.

Selain itu, Hans menilai akuisisi menara yang dilakukan TBIG ini akan menguntungkan perseroan karena menara-menara tersebut akan membawa tenant dari Telkomsel dan juga berpotensi menambah tenant dari PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN). Terlebih lagi, Telkomsel dan FREN telah memenangkan lelang spektrum 5G pertama.

Setelah akuisisi, TBIG akan memiliki sekitar 36.100 penyewa dari 19.200 menara dengan rasio tenancy sebesar 1,9 kali. Hingga akhir kuartal III/2021, TBIG memiliki 31.703 penyewa dari 16.215 menara dengan rasio tenancy sebesar 1,97 kali.

Lebih lanjut, akuisisi menara ini dinilai Hans akan terkonsolidasi ke laporan keuangan perseroan mulai kuartal II/2021 dan akan terlihat dari kenaikan pendapatan per EBITDA TBIG sekitar 7 persen - 6 persen tahun ini.

Direktur Keuangan Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso mengatakan tahun ini pihaknya menargetkan jumlah penyewa bertambah 7.400 penyewa dengan perincian 4.400 penyewa berasal dari akuisisi dan 3.000 penyewa dari ekspansi secara organik.

“Target kami adalah total tenant, bukan site, karena yang berkontribusi ke pendapatan adalah jumlah tenant-nya,” jelas Helmy.

Untuk mencapai target itu, TBIG menyiapkan belanja modal atau capital expenditure senilai Rp5,95 triliun termasuk untuk mengakuisisi menara IBST.

Hans memberikan rekomendasi beli untuk TBIG dan mengangkat target harganya menjadi Rp2.000 per saham. Risiko untuk harga saham TBIG disebut berasal dari perang tarif perusahaan telekomunikasi.

Di lantai bursa, saham TBIG ditutup turun 1,83 persen menjadi Rp2.140 per saham pada Rabu (17/2/2021). Kapitalisasi pasar TBIG tercatat Rp48,49 triliun.

Disclaimer : Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper