Bisnis.com, JAKARTA — Sinyal kehadiran perusahaan unicorn di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) semakin kuat seiring berbagai persiapan yang tengah dilakukan otoritas. Di sisi lain kehadiran unicorn akan membawa angin segar ke pasar modal Indonesia.
Salah satu yang langkah yang dilakukan Bursa Efek Indonesia untuk menyambut IPO unikorn adalah mengkaji potensi penerapan Dual Class Shares dengan skema Multiple Voting Shares di Indonesia.
Dual-Class Shares (DCS) merupakan suatu struktur permodalan saham kelas ganda yang melibatkan paling sedikit dua klasifikasi saham berbeda, sedangkan Multiple Voting Share (MVS) adalah suatu jenis saham yang memiliki lebih dari satu hak suara untuk tiap lembar sahamnya.
Head of Market Researach Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan pada dasarnya DCS dengan skema MVS merupakan sesuatu yang umum di bursa luar terutama untuk suatu perusahaan rintisan dengan tujuan menjaga kendali founder perusahaan atas keputusan-keputusan strategis perusahaan.
“Rata-rata yang pakai kan perusahaan teknologi, itu untuk menjamin visi misianya mau kemana, karena biasanya founder-nya yang punya visi kuat untuk itu biasanya founder-nya punya saham meski tidak banyak tapi kekuatan votingnya besar,” tutur Wawan, Selasa (16/2/2021)
Dia mengatakan sebenarnya skema serupa tapi tak sama juga diterapkan pemerintah dalam bentuk “Saham Merah-Putih” di perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) yang mana pemerintah memiliki hak veto melalui saham tersebut.
Baca Juga
Di sisi lain, Wawan menilai kedatangan unicorn ke lantai bursa akan memberikan banyak keuntungan bagi pasar modal. Salah satunya akan mengerek kapitalisasi pasar bursa Indonesia karena para unicorn diperkirakan memiliki market cap jumbo.
“Adanya unicorn juga bisa mengangkat kinerja sektor teknologi, apalagi sekarang Bursa sudah bikin klasifikasi baru itu, hanya selama ini kan porsinya masih kecil sekali. Unicorn masuk itu bisa langsung signifikan porsi sektor teknologi kita,” tuturnya lagi.
Di sisi lain, perubahan status perusahaan unicorn menjadi perusahaan terbuka, akan membuka pintu gerbang bagi investor baik lokal maupun asing untuk berinvestasi di sektor yang sedang berkembang pesar tersebut.
“Masyarakat dapat menikmati pendapatan dari perkembangan teknologi yang ada di Indonesia dengan membeli sahamnya, atau kalau kemahalan bisa lewat reksa dana karena MI juga saya yakin akan pada beli,” kata Wawan.
Dia menilai adanya unicorn juga akan memberikan warna baru bagi produk reksa dana karena selama ini produk reksa dana yang berisi perusahaan teknologi rata-rata berinvestasi pada saham-saham teknologi global karena pilihan yang terbatas di Bursa Indonesia.
“Awal-awal pasti ramai banyak fund yang akan beli meskipun valuasinya akan mahal sekali. PER nya pasti di atas 20-30 kali tapi ya wajar karena kalau saham teknologi yang dibeli kan bukan pendapatan sekarang tapi prospek dia ke depan,” pungkasnya.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan otoritas Bursa memang perlu menyiapkan koridor regulasi baru yang sesuai dengan kultur perusahaan teknologi, baik dari sisi kelas sahamnya serta skema dual listing yang sepertinya akan lazim dipilih oleh unicorn Indonesia.
“Karena pasar modal kita sendiri memang belum terlalu besar, jadi pasti unicorn ini ingin membidik sumber pendanaan lebih luas, yaitu dengan dual listing di BEI dan di luar ya,” kata Hans, Selasa (16/2/2021).