Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi RI Terburuk Sejak Krisis 98, Emiten Lo Kheng Hong Ini Malah Melesat!

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal IV/2020 minus 2,19 persen (year on year/yoy).
Papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah pengumuman pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih di fase resesi, emiten ban PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) mencatatkan lonjakan harga saham.

Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (5/2/2021), saham GJTL memuncaki daftar top gainer setelah melesat 11,61 persen ke harga saham Rp865 hingga pukul 10.25 WIB. Adapun GJTL merupakan salah satu saham yang dimiliki oleh investor kawakan Indonesia Lo Kheng Hong.

Berdasarkan catatan Bisnis, Lo Kheng Hong memegang 176,48 juta lembar saham GJTL. Jumlah itu setara dengan kepemilikan 5,06 persen saham perseroan tersebut.

Lo Kheng Hong tercatat masuk ke saham GJTL pada 8 Januari lalu. Pada hari itu, harga saham GJTL langsung menyentuh level ARA dengan menguat 25 persen atau 165 poin ke level Rp825.

Saat dimintai konfirmasi Bisnis, investor kawakan Lo Kheng Hong membenarkan telah masuk ke saham GJTL.

“Benar saya membeli saham Gajah Tunggal,” ujarnya kepada Bisnis kala itu.

GJTL bukan pendatang baru di BEI. Emiten produsen ban itu telah melantai di BEI sejak 8 Mei 1990.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan kuartal III/2020, GJTL membukukan rugi bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp104,59 miliar.

Pencapaian itu berbalik dari kuartal III/2019 yang berhasil mencatatkan laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp139,5 miliar.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal IV/2020 minus 2,19 persen (year on year/yoy). Dengan demikian perekonomian Indonesia berada dalam fase resesi.

Adapun secara kuartalan, ekonomi tumbuh sebesar minus 0,42 persen. Sepanjang 2020 secara kumulatif PDB Indonesia mengalami kontraksi minus 2,17 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan pertumbuhan triwulan keempat memang masih mengalami kontraksi 2,19 persen, tetapi jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, pertumbuhan ini menunjukkan perbaikan.

"Ada perbaikan meski belum sesuai harapan, oleh karena itu kita perlu melakukan evaluasi apa yang perlu diperkuat," ujar Suhariyanto, Jumat (5/2/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper