Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lunglai di Pengujung Bulan, IHSG Tak Nikmati January Effect?

Koreksi IHSG hari ini menjadi pelemahan indeks selama enam hari berturut-turut atau penurunan terpanjang pada periode tahun berjalan. Padahal, pada pertengahan Januari indeks sempat ditutup di level 6.435,2.
Pengunjung beraktivitas didepan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (27/1/2021).Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas didepan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (27/1/2021).Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) semakin lesu di penghujung Januari tahun ini. Penguatan yang cukup baik terjadi sejak pertengahan tahun ini, gagal setelah IHSG kembali ditutup di bawah level 6.000 pada perdagangan Kamis (28/1/2021).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia pada Kamis (28/1/2021), indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 2,12 persen menjadi 5.979. Sejak awal tahun, IHSG masih tumbuh 0,01 persen.

Depresiasi IHSG kali ini menjadi pelemahan indeks selama enam hari berturut-turut atau penurunan terpanjang pada periode tahun berjalan. Padahal, pada pertengahan Januari indeks sempat ditutup di level 6.435,2.

Jika pada perdagangan Januari terakhir, Jumat (29/1/2021), IHSG melanjutkan terkoreksi maka indeks kembali gagal menikmati January Effect yang umumnya terjadi. Adapun, IHSG juga gagal mencatatkan kinerja penguatan pada Januari 2020.

January effect merupakan fenomena tahunan yang terjadi pada pasar modal, yang mana harga saham-saham membukukan kinerja positif di bulan pertama tersebut.

Di sisi lain, sepanjang tahun berjalan 2021 investor asing masih mencatatkan transaksi net buy sebesar Rp11,86 triliun.

Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee mengatakan bahwa saat ini pasar dipengaruhi oleh sentimen The Fed yang tidak begitu banyak memberikan arahan terhadap pasar terkait kebijakan moneternya tahun ini.

Optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi tahun ini juga dalam tekanan seiring dengan peningkatan kasus positif Covid-19 hampir di seluruh dunia masih terjadi. Bahkan, di dalam negeri total kasus positif Covid-19 telah menembus 1 juta.

“Pelaku pasar banyak yang melakukan profit taking akibat hal itu, apalagi ada kabar distribusi vaksin Covid-19 secara global tidak semulus ekspektasi pasar dan perpanjangan PSBB di beberapa kota Indonesia,” papar Hans saat dihubungi, Kamis (28/1/2021).

Selain itu, kekhawatiran pasar terkait Pemeriksaan Kejaksaan Agung (Kejagung) atas investasi BPJS Ketenagakerjaan dan pembubaran Reksa Dana PT Aberdeen Standard Investments Indonesia juga telah menjadi katalis negatif bagi indeks di akhir Januari.

Secara keseluruhan, Hans memproyeksi indeks akan berada di bawah 6.100 untuk jangka pendek seiring dengan pasar global yang juga memproyeksi kinerja kuartal I/2021 masih akan negatif.

“Oleh karena itu, saya sarankan para pelaku pasar diam terlebih dahulu, mencerna pasar, kalau mereda baru trading lagi. Biarkan pasar cooling down dulu dan kembali normal, baru mulai lagi,” papar Hans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper