Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten mulai melirik mendiversifikasi portofolionya ke bisnis nikel seiring dengan prospek komoditas itu ke depan.
Seperti yang diketahui, nikel menjadi pusat perhatian investor dalam beberapa bulan terakhir. Harganya yang tinggi dan upaya pemerintah dalam penghiliran mineral seiring dengan perkembangan mobil listrik menjadi faktor utama komoditas nikel semakin menjanjikan.
Tak ayal terdapat sejumlah emiten yang mulai merapatkan barisan ke bisnis itu untuk memacu kinerjanya.
Belum lama ini, emiten pertambangan batu bara, PT Resources Alam Indonesia Tbk., melakukan pengikatan jual beli saham dua perusahaan nikel sebesar 70 persen, yaitu PT Buton Mineral Indonesia (BMI) dan PT Bira Mineral Nusantara (BMN).
Nilai transaksi tidak material dengan harga pembelian Rp175 juta pada harga nominal saham BMI, dan Rp175 juta saham BMN. Transaksi tersebut bukan merupakan transaksi afiliasi.
Direktur Resource Alam Indonesia Agoes Soegiarto menjelaskan bahwa pembelian saham kedua perusahaan itu adalah upaya perseroan untuk mempersiapkan ekspansi bisnis ke tambang nikel.
Baca Juga
Emiten berkode efek KKGI itu mengaku melihat terdapat peluang bisnis dari nikel sehingga mendorong perseroan menjajaki perjanjian tersebut. Langkah itu juga dilakukan untuk mendiversifikasi bisnisnya yang saat ini masih ditopang oleh komoditas batu bara.
“Bila ada peluang, perseroan tentu akan menjajakinya, dan tidak terbatas hanya pada nikel,” ujar Agoes kepada Bisnis, Jumat (23/1/2021).
Kendati demikian, KKGI belum dapat menyampaikan secara detail dari rencana bisnis tersebut dan mengaku masih mengkaji beberapa alternatif lain.