Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SWF Bisa Bawa Indonesia Keluar dari Middle Income Trap

Kehadiran SWF sebagai lembaga pengelola kekayaan investasi dari luar dengan mengalokasikan ke proyek nasional infrastruktur dan lainnya pun muncul sebagai jawaban.
Chief Economist & Direktur Investor Relations Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat menjawab pertanyaan redaksi disela-sela Bisnis Indonesia Leader\'s Day, di kantor Bisnis Indonesia, Jakarta, Selasa (5/9)./JIBI-Endang Muchtar
Chief Economist & Direktur Investor Relations Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat menjawab pertanyaan redaksi disela-sela Bisnis Indonesia Leader\'s Day, di kantor Bisnis Indonesia, Jakarta, Selasa (5/9)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA - Keberadaan lembaga pengelola investasi (Sovereign Wealth Fund/SWF) pada akhir bulan ini dinilai  akan menjadi angin segar untuk industri infrastruktur dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat menjelaskan bahwa Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan rata-rata Indonesia pada 2013—2030 berkisar enam persen. Pemerintah pun memutuskan untuk memacu produktivitas lewat penyediaan infrastruktur sejak 2014.

Namun, program infrastruktur tersebut di sisi lain menggerus neraca keuangan perusahaan pelat merah. Hal itu diperparah dengan polemik perang dagang mulai 2018 hingga pandemi Covid-19 pada 2020.

"Beban negara bakal bertambah apabila BUMN [badan usaha milik negara] tersebut jatuh bangkrut meninggalkan infrastruktur yang belum membuahkan hasil. Di samping itu, beban bunga naik, dari sekitar 12 persen pendapatan negara menjadi 21 persen,” tulis Budi dalam siaran pers, Senin (25/1/2021).

Beban yang luar biasa tinggi tersebut akan berdampak pada keterbatasan negara untuk kembali berutang. Pada waktu bersamaan, saat ini likuiditas global sangat melimpah karena stimulus yang diberikan untuk menahan dampak pandemi terhadap perekonomian.

Kehadiran SWF sebagai lembaga pengelola kekayaan investasi dari luar dengan mengalokasikan ke proyek nasional infrastruktur dan lainnya pun muncul sebagai jawaban.

“SWF menjadi terobosan yang patut ditempuh agar Indonesia bisa keluar dari risiko middle income trap, tanpa membebani kondisi keuangan negara yang saat ini sudah begitu besar,” lanjut Budi Hikmat.

Di pasar saham, optimisme akan manfaat SWF direspons positif oleh investor. Saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk. memimpin penguatan sebesar 12,15 persen sejak awal tahun menjadi Rp1.615 per saham pada akhir perdagangan sesi I, Senin (25/1/2021).

Adapun, SWF disebut-sebut akan menyerap divestasi ruas jalan tol milik emiten dengan kode saham WSKT itu tahun ini. Namun, manajemen WSKT belum mengungkapkan secara rinci ruas-ruas yang akan diambil oleh SWF karena saat ini masih dalam tahap penawaran kepada investor potensial.

Sebelumnya, Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengatakan sebanyak 6 ruas jalan tol milik perseroan berpotensi mendapatkan pendanaan dari SWF.

Keenam ruas tersebut adalah Jalan Tol CIbitung—Tanjung Priok, Jalan Tol Depok—Antasari, Jalan Tol Pasuruan—Probolinggo, Jalan Tol Pemalang—Batang, Jalan Tol Pejagan—Pemalang, dan Jalan Tol Kanci—Pejagan. Pada tahun ini, Waskita Karya berencana melepas 9 ruas jalan tol dengan nilai transaksi sekitar Rp10 triliun—Rp11 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper