Bisnis.com, JAKARTA - Harga saham PT Aneka Tambang Tbk. dan PT Timah Tbk. parkir di zona hijau pada sesi pertama perdagangan dibuka hari ini, Rabu (20/1//2021). Kedua emiten ini ternyata diketahui sudah masuk dalam rantai produksi produsen kendaraan listrik milik Elon Musk, Tesla Inc.
Berdasarkan data Bloomberg, saham Aneka Tambang sempat anjlok setelah dibuka di level 2.540 atau turun 6,27 persen. Namun, perlahan saham ANTM rebound hingga sempat menembus level 2.890.
Pada pukul 09.56 WIB, saham ANTM terpantau naik 80 poin atau 2,58 persen ke level 2.790. Di akhir sesi pertama, saham ANTM menguat 240 poin atau 8,86 persen ke level 2.950.
Total transaksi saham ANTM mencapai 1,26 miliar lembar saham dengan nilai Rp3,46 triliun. Investor asing mencatat net buy Rp38,95 miliar atas saham ANTM.
Sementara itu, saham TINS ditutup menguat 110 poin atau 5,42 persen ke level 2.140. Saham TINS diperdagangkan sebanyak 296 juta lembar dengan nilai transaksi Rp595 miliar. Investor asing mencatat net buy atas sahm TINS Rp4,67 miliar.
Baik saham ANTM dan TINS menuai hasil buruk dalam dua sesi terakhir. Pada 18 Januari 2021, saham ANTM anjlok 6,73 persen ke posisi 2.910. Kemarin (19/1/2021), saham produsen emas itu juga anjlok 6,87 persen ke posisi 2.710.
Baca Juga
Begitu juga dengan saham TINS, anjlok 6,84 persen ke 2.180 pada 18 Januari 2021. Sehari kemudian, saham TINS juga amblas 6,88 persen ke posisi 2.030.
Berdasarkan laporan daftar smelter dan refiner (Smelter and Refiner List) sedikitnya ada tujuh perusahaan asal negara ini yang masuk dalam rantai produksi Tesla, dua di antaranya adalah Antam dan PT Timah. Laporan tersebut merupakan penyampaian berkala ke U.S. Securities and Exchange Commission.
Pemerintah sebelumnya mengatakan tim Tesla akan berkunjung ke Indonesia pada awal tahun ini. Tesla tertarik datang ke Indonesia setelah CEO Tesla, Elon Musk berbincang dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada akhir tahun lalu. Dalam pembicaraan itu Kepala Negara menjabarkan potensi kendaraan listrik di Indonesia.
Perusahaan otomotif yang berbasis di Palo Alto, California, Amerika Serikat itu membutuhkan lebih banyak nikel untuk mendukung produksi baterai. Hasil tambang tersebut sangat dibutuhkan industri baterai kendaraan listrik karena kontribusinya mencapai 40 persen dari harga kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB).
Menurut daftar smelter dan refiner, Indonesia memasok empat mineral untuk Tesla, yakni emas, timah, tantanium, dan tungsten. Namun berdasarkan daftar perusahaan hanya tujuh yang dapat diidentifikasikan berbadan hukum di Indonesia.