Bisnis.com, JAKARTA – Reli penguatan Bitcoin akhirnya berhenti juga, setelah jatuh hingga 11 persen ke US$34.409 pada perdagangan Jumat (15/1/2021).
Bloomberg melansir melemahnya Bitcoin pada akhir pekan ini menjadi yang terdalam sejak September 2020. Padahal, sejak awal 2021, mata uang kripto ini terus membuat kejutan dengan penguatan harganya.
"Bitcoin selalu memiliki risiko dan walaupun posisi US$35.000 merupakan level yang menarik, tetapi posisi yang paling masuk akal adalah US$30.000. Terhentinya reli ini bisa memicu koreksi yang lebih tajam," papar Senior Market Analyst Oanda Europe Craig Erlam dalam memonya, Jumat (15/1).
Bitcoin sempat mencapai rekor tertinggi, dengan nyaris menyentuh US$42.000, pada 8 Januari 2021. Secara keseluruhan, harga Bitcoin telah menguat lebih dari 4 kali lipat dalam setahun terakhir.
Penguatan tersebut membangkitkan kekhawatiran mengenai apakah Bitcoin akan mengalami kondisi yang sama seperti 2017, ketika mata uang kripto tersebut menjadi perhatian publik karena harganya terus menguat dan kemudian jatuh dengan cepat.
Mata uang kripto seperti Bitcoin selalu menjadi perdebatan di pasar, terutama dalam isu apakah cryptocurrency bisa dikategorikan sebagai aset riil atau hanya spekulasi.
Baca Juga
Di satu sisi, ada yang berpendapat bahwa kehadiran mata uang kripto adalah hal wajar pada masa ketika bank sentral masih terus mencetak uang dan infrastruktur pasar berubah dengan cepat. Di sisi lain, ada yang menilai bahwa Bitcoin sangat rentan terhadap manipulasi.