Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Naik, Kocek Emiten Bisa Makin Tebal

Harga batu bara pada awal tahun ini menembus posisi tertinggi sejak Juli 2019. Emiten batu bara mulai dari Bukit Asam, Indika Energy, hingga Adaro berpotensi mempertebal margin berkat kenaikan harga tersebut.
Kegiatan operasional di tambang batu bara yang dikelola oleh PT Harum Energy Tbk./harumenergy
Kegiatan operasional di tambang batu bara yang dikelola oleh PT Harum Energy Tbk./harumenergy

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara berpotensi mempertebal margin seiring dengan tren kenaikan harga batu bara yang diproyeksi berlanjut pada tahun ini.

Untuk diketahui, harga batu bara acuan (HBA) Januari 2021 tercatat senilai US$75,84 per ton atau melonjak 27,14 persen dari posisi Desember 2020 US$59,65 per ton. Harga pada awal tahun tersebut menjadi yang tertinggi sejak Juli 2019.

Sementara itu di pasar global, harga batu bara Newcastle untuk kontrak Januari 2021 pada perdagangan Selasa (5/1/2021) hingga pukul 15.40 WIB naik 0,37 persen ke posisi US$81,5 per ton.

Harga batu bara itu berhasil mempertahankan tren kenaikannya yang terjadi sejak awal kuartal III/2020 setelah jatuh cukup dalam akibat pandemi Covid-19 yang menekan permintaan komoditas.

Sentimen itu pun telah menekan kinerja emiten pertambangan batu bara hingga kuartal III/2020, termasuk kinerja net profit margin (NPM). Kendati demikian, Bisnis mencatat sejumlah emiten masih berhasil mempertahankan NPM di posisi dobel digit.

Berdasarkan data yang dihimpun bisnis, di antara seluruh emiten tambang batu bara, posisi perolehan NPM tertinggi pada kuartal III/2020 diraih oleh PT Harum Energy Tbk. (ENRG) yaitu 18,89 persen, disusul PT Mitrabara Adiperdana Tbk, (MBAP) di level 15,99 persen, dan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) di level 13,45 persen.

Aktivitas pemindahan muatan batu bara dari tongkang ke kapal induk dengan floating crane. - indikaenergy.co.id
Aktivitas pemindahan muatan batu bara dari tongkang ke kapal induk dengan floating crane. - indikaenergy.co.id

Aktivitas pemindahan muatan batu bara dari tongkang ke kapal induk dengan floating crane. - indikaenergy.co.id

Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Apollonius Andwie C. mengatakan bahwa pihaknya optimistis tren penguatan harga batu bara akan terus berlanjut seiring dengan pemulihan ekonomi secara global sehingga dapat menopang pertumbuhan kinerja perseroan tahun ini.

“Permintaan tahun ini juga sudah mengalami pemulihan dilihat dari daya serap batu bara yang semakin meningkat dari akhir 2020, baik permintaan domestik maupun ekspor,” ujar Pollo kepada Bisnis, Selasa (5/1/2020).

Sejalan dengan peningkatan permintaan itu, PTBA pun mengaku akan meningkatkan target volume produksi 2021 dibandingkan dengan target tahun sebelumnya.

Tahun lalu, PTBA menargetkan volume produksi 25,1 juta ton. Hingga kuartal III/2020 volume produksi PTBA sebesar 19,4 juta ton, turun 10 persen dibandingkan dengan kuartal III/2019.

Secara terpisah, Head of Corporate Communication Indika Energy Ricky Fernando menilai penguatan harga batu bara didorong oleh adanya indikasi peningkatan impor emas hitam itu dari China.

“Melihat hal ini kami tetap fokus untuk menjaga efisiensi operasional dan kesinambungan produksi sehingga mampu menyesuaikan permintaan saat ini,” ujar Ricky kepada Bisnis, Selasa (5/1/2020).

Menyambut tren kenaikan harga, emiten berkode saham INDY itu menargetkan volume produksi batu bara pada 2021 sebesar 30 juta ton untuk PT Kideco Jaya Agung, dan sebesar 1,4 juta ton untuk PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU).

Pada sembilan bulan pertama 2020 INDY telah memproduksi batu bara sebesar 23,9 juta ton melalui Kideco dan sebesar 1,1 juta ton dari produksi MUTU.

Head of Corporate Communication Division Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan bahwa fluktuasi harga batu bara adalah salah satu komponen kinerja perseroan yang tidak dapat dikontrol.

Namun, emiten berkode efek ADRO itu tetap yakin fundamental sektor batu bara dan energi di jangka panjang tetap kokoh terutama kepada dukungan aktivitas pembangunan di negara Asia.

“Untuk itu kami akan terus fokus terhadap upaya peningkatan keunggulan operasional bisnis inti, meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi, menjaga kas, dan mempertahankan posisi keuangan yang solid,” ujar Febriati kepada Bisnis, Selasa (5/1/2020).

Febriati mengatakan akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan. Adaro bakal fokus mempertahankan margin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper