Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Calon Emiten Jumbo Bakal Dorong Kenaikan Fund Raising Tahun Depan

Per 22 Desember 2020 telah ada 50 perusahaan yang mencatatkan diri di Bursa melalui skema penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) dengan total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp5,49 triliun.
Karyawan memotret layar Indeks harga saham gabungan (IHSG) di main hall Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin (23/11/2020). Bisnis/Abdurachman
Karyawan memotret layar Indeks harga saham gabungan (IHSG) di main hall Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin (23/11/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA—Dana yang terhimpun melalui penawaran umum saham perdana tahun ini jauh lebih kecil dibandingkan tahun lalu. Kendati demikian, penghimpunan dana tahun depan diprediksi akan meningkat pesat seiring kehadiran calon emiten jumbo.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, per 22 Desember 2020 telah ada 50 perusahaan yang mencatatkan diri di Bursa melalui skema penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) dengan total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp5,49 triliun.

Realisasi tersebut jauh di bawah pencapaian tahun lalu, yang mana sepanjang 2019 ada 55 perusahaan yang IPO dan berhasil mengumpulkan Rp14,87 triliun dari para investor di pasar modal. 

Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Indonesia Anggaraksa Arismunandar mengatakan secara nominal, nilai IPO di tahun 2020 ini memang jauh lebih kecil dari tahun lalu. Namun, perlu apresiasi bahwa dengan banyaknya tantangan di 2020, jumlah emiten yang baru tidak jauh berbeda dengan tahun 2019.

Anggaraksa menilai, hal tersebut menandakan bahwa tren tahun ini lebih banyak didominasi oleh IPO skala mini atau di bawah Rp 100 miliar.

“Tentu sejalan dengan aspirasi BEI untuk mendorong tidak hanya perusahaan besar saja untuk IPO, namun juga untuk perusahaan dengan size yang lebih kecil,” katanya kepada Bisnis, Jumat (25/12/2020)

Selain itu, dia juga melihat ada korelasi antara banyaknya IPO mini dengan meningkatnya jumlah investor retail di tahun ini. Menurutnya, harga saham IPO dengan nominal rendah tentu lebih dapat dijangkau oleh ritel. Sementara investor institusi akan cenderung berfokus pada IPO jumbo.

Lebih lanjut, dia menyebut pasar modal masih akan menjadi pilihan sumber pendanaan yang menarik. Hal ini seiring dengan ekspektasi pemulihan ekonomi serta jumlah basis investor yang meningkat cukup tajam.

Adapun untuk 2021 mendatang, dia memperkirakan secara jumlah mungkin jumlah saham yang akan IPO tidak akan sebanyak tahun ini. Namun, dari segi nilai penghimpunan dana IPO, ada potensi dapat lebih besar.

Pasalnya, sejauh ini telah ada beberapa perusahaan yang mengumumkan rencana IPO dengan nominal yang cukup besar di tahun 2021, seperti anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. yaitu PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dan unicorn Tokopedia.

Di sisi lain, dari segi investor, pertumbuhan basis investor pasar modal yang cukup pesat tahun ini  membuat IPO menjadi pilihan yang menarik.

“Selain itu rencana peluncuran system E-IPO juga akan semakin memudahkan pemerataan alokasi dan memberikan kesempatan yang lebih luas bagi investor ritel,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper