Bisnis.com, JAKARTA – Kendati dihadang pandemi Covid-19, indeks sektor perdagangan, jasa, dan investasi terpantau mampu mengungguli kinerja indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia Rabu (16/12/2020), indeks yang umum disebut JAKTRADE tersebut terpantau mengalami kenaikan 2,7 persen atau 20,16 poin ke level 767,31.
Dengan demikian, sepanjang tahun berjalan, indeks sektoral tersebut kini hanya terkoreksi 0,33 persen, mengungguli kinerja indeks komposit yang masih melemah 2,88 persen.
Namun, indeks untuk rumah bagi 174 emiten tersebut memang tengah mendapatkan sentimen negatif akibat dari pengetatan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jelang libur akhir tahun ini.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan pada Selasa (15/12/2020) mengambil opsi tersebut untuk menekan laju penyebaran Covid-19.
Luhut mengatakan pemerintah akan melakukan pengetatan masyarakat secara terukur meliputi aturan work from home hingga 75 persen, pelarangan perayaan tahun baru di seluruh provinsi, dan pembatasan jam operasional mall, restoran, tempat hiburan sampai pukul 19.00 untuk daerah Jabodetabek. Kebijakan itu berlaku pada 18 Desember 2020 - 8 Januari 2021.
Baca Juga
Analis BRI Danareksa Sekuritas Andreas Kenny mengatakan pihaknya melihat kebijakan pengetatan PSBB pada momentum akhir tahun mengindikasikan potensi penurunan penjualan yang terbatas jika dibandingkan dengan PSBB jilid dua pada periode September dan Oktober 2020.
“Tentunya akan menurunkan potensi penjualan mengingat penjualan pada akhir tahun biasanya cukup besar terutama untuk emiten seperti MAPI (PT Mitra Adiperkasa Tbk.) dan ACES (PT Ace Hardware Indonesia Tbk.),” jelasnya kepada Bisnis, Rabu (16/12/2020).
Khusus untuk emiten ritel fashion dengan target segmen konsumen menengah ke bawah seperti PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS), Andreas menilai sentimen distribusi vaksin akan sangat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perseroan tahun depan.
“Karena vaksinasi massal kemungkinan di kuartal kedua tahun 2020, jadi belum cukup untuk betul-betul memperbaiki sentimen di Lebaran 2021. Jadi, (kinerja) membaik tapi tidak sebaik bila vaksinasi massal dijalankan mulai dari kuartal pertama tahun 2021,” sebutnya.
Ia memproyeksikan kinerja MAPI masih akan merugi hingga kuartal pertama tahun depan. Namun, MAPI adalah salah satu emiten favorit asing sehingga potensi kenaikan harga sahamnya akan terbantu oleh arus dana masuk asing.
Menurut pengamatannya, target pelanggan MAPI yang berasal dari kelas menengah ke atas juga hanya perlu diberikan kepercayaan dan rasa aman untuk bisa kembali ke mall dan berbelanja meski vaksin belum didistribusikan.
Hal ini juga didukung oleh daya beli segmen tersebut yang sangat memadai guna pemulihan ekonomi yang signifikan.
“Kami baru melakukan revisi rekomendasi untuk ACES menjadi hold (tahan) dengan target harga yang sama di Rp1,925, dan sekarang lebih menilai MAPI lebih menarik dengan rekomendasi beli di target harga Rp1.050,” tuturnya.
Setali tiga uang, analis Ciptadana Sekuritas Robert Sebastian mengatakan pengetatan PSBB kali ini tidak memberikan dampak yang terlalu signifikan karena restoran, cafe, dan mall masih memperbolehkan pengunjung untuk makan di tempat.
“Restoran dan cafe merupakan driver untuk volume pengunjung ke mall. Saya rasa (kinerja) peritel juga sudah mulai pulih sejak kuartal ketiga dan awal kuartal empat tahun ini, jadi seharusnya tidak terlalu berdampak signifikan,” jelasnya.
Robert menyebutkan emiten yang dianggapnya masih bisa bertahan di tengah ketidakpastian seperti saat ini adalah ACES dan PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA).
Dia merekomendasikan tahan saham ACES dengan target harga Rp1.675 dan beli saham ERAA dengan target harga Rp2.055.
“(Kinerja) MAPI juga saya rasa membaik di kuartal keempat. Saya yakin secara kuartalan, kuartal keempat lebih baik dari kuartal ketiga,” pungkasnya.