Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Analis Sarankan Wait and See Saham Farmasi. Kenapa Nih?

Dari 12 saham farmasi yang melantai di bursa, 7 di antaranya ditutup pada zona hijau pada perdagangan Selasa (8/12/2020).
Jarum suntik. /Bloomberg
Jarum suntik. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Menanggapi kenaikan harga saham emiten farmasi yang signifikan, analis menyarankan investor untuk tidak terburu-buru menjual ataupun membeli saham sektor tersebut.

Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan saham emiten farmasi memang masih berpeluang menguat, namun dia merekomendasikan investor untuk wait and see terlebih dahulu.

“Untuk saat ini tren penguatan [saham farmasi] secara teknikal masih ada, namun saham-saham tersebut rawan mengalami taking profit,” ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (9/12/2020).

Sebagai informasi, selama dua hari awal perdagangan pekan ini, saham-saham sektor farmasi seakan bergerak liar.

Dari 12 saham farmasi yang melantai di bursa, 7 di antaranya ditutup pada zona hijau pada perdagangan Selasa (8/12/2020).

Penguatan saham farmasi dipimpin oleh emiten pelat merah PT Indofarma Tbk. (INAF) dengan kenaikan sebesar 11,58 persen diikuti dengan emiten farmasi swasta PT Tempo Scan Pacific Tbk. (TSPC) sebesar 10,79 persen.

Saham emiten pelat merah lainnya yakni PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) juga mengekor dengan penguatan sebesar 8,58 persen. Bersamaan dengan itu pula, saham emiten farmasi swasta PT Pyridam Farma Tbk. (PYFA) juga naik 6,09 persen.

Selain saham emiten farmasi, saham emiten distributor alat kesehatan yang memiliki produk jarum suntik sekali pakai, PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA) juga ikut-ikutan menguat 6,6 persen.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (7/12/2020), saham INAF, KAEF, PYFA dan IRRA mencatatkan kenaikan harga saham signifikan hingga diberi label auto reject atas oleh otoritas karena menguat hingga mendekati angka 25 persen.

Secara teknikal, Hendriko memperkirakan KAEF berada pada level support Rp4.430-Rp4.590 dan resisten Rp5.400-Rp5.450. Sementara, INAF memiliki level support Rp4.230-Rp4.350 dan resisten Rp5.250.

IRRA, lanjutnya, memiliki level support Rp1,450-Rp1.480 dan resisten Rp1.715-Rp1.775, sedang PYFA memiliki level support Rp1.130-Rp1.175 dan resisten Rp1.420-Rp1.575. Lebih lanjut, TSPC mempunyai level support Rp1.460-Rp1.500 dan resisten Rp1.700-Rp1.735.

Sebagai informasi, penguatan saham farmasi memang tak lepas dari sentimen vaksin yang dikonfirmasi telah sampai di Tanah Air pada Minggu (6/12/2020) malam.

Vaksin buatan Sinovac sebanyak 1,2 juta unit tersebut dibawa oleh Pesawat Garuda Indonesia dengan suhu tertentu untuk menjaga kualitasnya.

Vaksin Covid-19 tersebut dijadwalkan akan mengikuti jalur uji klinis di Bandung, kantor pusat holding BUMN farmasi PT Bio Farma (Persero).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper