Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja emiten kontraktor BUMN atau BUMN karya semakin bergeliat pada akhir tahun ini seiring dengan kontrak baru yang menebal. Perbaikan kinerja fundamental perusahaan pun berpotensi mendongkrak sahamnya.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Joshua Michael menyebut bujet infrastruktur yang lebih tinggi, implementasi turunan UU Cipta Kerja, dan distribusi vaksin akan menjadi katalis utama yang mendorong kinerja sektor konstruksi pada tahun depan.
“Di luar reli harga saham yang signifikan dalam beberapa bulan, kami tetap mempertahankan rekomendasi overweight untuk sektor konstruksi,” tulis Joshua dalam riset yang dipublikasikan lewat Bloomberg, dikutip Selasa (8/12/2020).
Joshua pun memilih saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) dan saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk. sebagai top picks hingga tahun depan.
WSKT diberi target harga senilai RP1.300 per saham dan ADHI dengan target harga Rp1.500 per saham.
Saham PT PP (Persero) Tbk. juga diberi rekomendasi beli dengan target harga Rp1.800 per saham. Sementara itu, saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. diberi rekomendasi tahan dengan target harga Rp1.800 per saham.
Baca Juga
Di lantai bursa, seluruh saham BUMN Karya kompak melemah pada perdagangan Selasa (8/12/2020). WSKT turun 1,67 persen menjadi Rp1.180 per saham, WIKA turun 3,50 persen menjadi Rp1.790 per saham, PTPP turun 3,60 persen menjadi Rp1.605 per saham, dan ADHI turun 2,30 persen menjadi Rp1.275 per saham.
Joshua menyampaikan pemerintah akan menggelontorkan belanja infrastruktur senilai Rp414 triliun pada 2021 atau naik sekitar 47 persen dari anggaran pada 2020, sehingga menjadi faktor positif bagi BUMN karya.
Selanjutnya, katalis positif juga datang dari pembentukan Sovereign Wealth Fund bernama Nusantara Investment Authority (NIA) sebagai produk turunan dari UU Cipta Kerja.
SWF ini diharapkan bakal memberi kejelasan dalam divestasi aset infrastruktur di masa depan. Dengan demikian, perusahaan kontraktor pelat merah khususnya Waskita Karya bakal diuntungkan karena memiliki aset jalan tol terbanyak.
Selain SWF, sejumlah aturan turunan dari Omnibus Law seperti prosedur pembelian tanah, agensi land bank, hingga kemudahan berusaha juga akan mendorong performa perusahaan konstruksi.
“Kami memperkirakan kontrak baru agregat [dari BUMN Karya] dan order book masing-masing tumbuh 20 persen - 25 persen dan 5 persen - 10 persen secara tahunan [pada 2021],” tulis Joshua.
Namun demikian, nada optimisme yang disuarakan Mirae Asset Sekuritas tersebut tetap memiliki tantangan utamanya dari pandemi Covid-19 yang berkepanjangan hingga eksekusi proyek yang lambat.