Bisnis.com, JAKARTA - PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) melirik proyek penghiliran batu bara melalui pengembangan gasifikasi sebagai salah satu strategi ekspansi bisnisnya.
Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan bahwa perseroan akan ikut berkontribusi terhadap proyek gasifikasi batu bara ke methanol. Hal tersebut akan dilakukan melalui anak usahanya PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia.
Srivastava mengatakan, BUMI optimistis dapat memenuhi permintaan proyek gasifikasi batu bara. Hingga Desember 2020, BUMI memiliki cadangan batu bara sebesar 2,7 miliar ton dan tambahan cadangan lainnya sebesar 11 miliar ton.
Sementara itu, tambang milik perusahaan dapat memproduksi 100 juta ton batu bara setiap tahunnya. Pada tahun ini, BUMI diperkirakan menghasilkan sebanyak 82 hingga 83 juta ton batu bara.
Dari jumlah tersebut, sebesar 70 persen hingga 75 persen akan diekspor ke negara-negara lain, sementara sisanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik.
“Potensi memenuhi kebutuhan untuk proyek gasifikasi cukup besar. Proyek gasifikasi dari KPC ditargetkan beroperasi secara komersial antara 2023 atau 2024,” katanya saat dihubungi Bisnis, Selasa (8/12/2020).
Srivastava melanjutkan, KPC akan bertindak sebagai pemasok batu bara sekitar 6 juta ton per tahun dari proyek kerja sama antara Bakrie Capital Indonesia, Air Products and Chemicals Inc, dan PT Ithaca Resources senilai US$2 miliar.
Sebelumnya, ia mengatakan proyek gasifikasi oleh anak usaha Arutmin masih dalam tahap studi yang kemungkinan akan segera masuk ke tahap kelayakan dan indicative commissioning proyek sekitar 2025.
Srivastava menjelaskan bahwa Arutmin nantinya kemungkinan juga akan berperan sebagai pemasok batu bara. Proyek gasifikasi dari Arutmin dan KPC diharapkan dapat meningkatkan kinerja BUMI ke depannya.