Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Patahkan Tren Negatif, Nilai Rupiah Dibuka Berbalik Menguat

Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (13/11/2020), nilai tukar rupiah dibuka rebound dengan penguatan 10 poin atau 0,07 persen ke level Rp14.160 per dolar AS.
Karyawati menunjukan Uang Rupiah dan Dollar AS di salah satu kantor cabang Bank BNI di Jakarta, Kamis (3/9/2020).  Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawati menunjukan Uang Rupiah dan Dollar AS di salah satu kantor cabang Bank BNI di Jakarta, Kamis (3/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah berbalik menguat setelah ditutup terkoreksi pada perdagangan Kamis kemarin.

Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (13/11/2020), nilai tukar rupiah dibuka rebound dengan penguatan 10 poin atau 0,07 persen ke level Rp14.160 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,042 poin atau 0,05 persen ke level 92,921 pada pukul 08.53 WIB.

Sementara itu, mayoritas mata uang kawasan Asia pada perdagangan kali ini juga dibuka melemah. Dua mata uang lain yang mengalami penguatan adalah peso Filipina sebesar 0,25 persen dan dolar Taiwan sebesar 0,01 persen

Kemarin, nilai tukar rupiah ditutup melemah 85 poin atau 0,6 persen menjadi Rp14.170 per dolar AS. Di saat indeks dolar AS naik 0,06 persen menuju 93,106.

Adapun, indeks dolar AS mengakhiri sesi perdagangan Kamis dengan berbalik melemah 0,08 poin atau 0,09 persen ke level 92,963.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) berada di level Rp14.187 per dolar AS kemarin, melemah 111 poin atau 0,78 persen dari posisi Rp14.076 pada Rabu (11/11).

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan perkembangan nilai tukar rupiah mulai bergerak stabil, bahkan cenderung menguat.

Dia mengatakan rupiah sempat tertekan hingga mencapai level Rp16.575 per dolar AS pada 23 Maret 2020 di tengah kepanikan akibat wabah Covid-19. Namun, sejak saat itu rupiah menguat signifikan 17,8 persen hingga 9 November 2020.

Penguatan yang terjadi ini, menurut Perry, tidak terlepas dari berbagai kebijakan stabilisasi nilai tukar yang terus dilakukan BI.

Penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh stabilitas politik yang terjadi di AS setelah pemilu berlangsung pada November 2020.

BI memandang, nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat, didukung dengan inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko Indonesia yang menurun.

"Kami lihat nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat, kami lihat level sekarang secara fundamental masih undervalued," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper