Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Bugar, Rekomendasi Saham-Saham Sektor Kesehatan

Emiten sektor farmasi masih memiliki ruang pertumbuhan untuk sisa tahun ini dan bahkan hingga tahun depan.
Pabrik PT Indofarma Tbk. Pada 2019, perusahaan farmasi milik negara itu berhasil mencetak laba setelah tiga tahun menderita kerugian./indofarma.id
Pabrik PT Indofarma Tbk. Pada 2019, perusahaan farmasi milik negara itu berhasil mencetak laba setelah tiga tahun menderita kerugian./indofarma.id

Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan analis memberikan prognosis emiten sektor kesehatan termasuk farmasi, rumah sakit, dan layanan kesehatan masih akan diuntungkan bahkan hingga awal tahun depan.

Analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr mengatakan bahwa sektor farmasi masih memiliki ruang pertumbuhan untuk sisa tahun ini dan bahkan tahun depan.

“Tentu selain dengan bertambahnya awareness masyarakat atas kesehatan, sehingga demand untuk obat, suplemen, vitamin dan lain-lain diharapkan masih ada peningkatan,” ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (11/11/2020).

Distribusi vaksin Covid-19 juga dinilainya mampu meningkatkan margin emiten farmasi karena merupakan sumber pemasukan baru bagi emiten.

Di sisi lain, proyeksinya untuk emiten rumah sakit bervariasi dan akan spesifik tergantung pada kapasitas rumah sakit, jumlah volume pasien rawat jalan dan rawat inap.

Dengan demikian, ia hanya merekomendasikan beli saham emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO).

Sementara itu, Mirae Asset sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham yang bergerak di sektor rumah sakit tercermin dari data pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit yang didapatkan selama beberapa bulan terakhir.

Broker asal Korea Selatan tersebut dalam risetnya baru-baru ini menampilkan data rerata jumlah tes PCR mingguan di Jakarta adalah sekitar 80.000 pada bulan September dan Oktober.

Per 1 November, jumlah tes PCR kumulatif yang dilakukan di Jakarta berjumlah 1.289.034 dan mencapai 71 persen dari perkiraan akhir tahun 2020 sekuritas yaitu sebesar 1.814.161.

Positive rate kumulatif di Jakarta pada awal November juga hanya mencapai 8,3 persen. Meskipun masih lebih rendah dari asumsi positive rate akhir tahun 2020 sekuritas sebesar 10 persen, namun tetap harus waspada terhadap dampak libur panjang akhir pekan terhadap lonjakan positive rate.

Analis Mirae Asset Sekuritas Joshua Michael juga mengatakan tingkat kematian kumulatif terus menurun dan mencapai 2,1 persen, sedangkan tingkat kesembuhan kumulatif terus meningkat hingga 89,3 persen.

Sementara, proporsi isolasi mandiri terhadap total kasus positif aktif terus meningkat dari 63,3 persen pada 15 September menjadi 76,1 persen pada 1 November. Dengan demikian, jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di Jakarta di akhir tahun ini mungkin akan jauh di bawah ekspektasi sekuritas.

“Jika benar demikian, hal ini dapat berdampak negatif pada tingkat hunian tempat tidur rawat inap COVID-19 rumah sakit,” tulis Joshua dalam risetnya, Rabu (4/11/2020).

Namun, angka ini juga bisa diinterpretasikan sebagai pemulihan pada layanan rawat inap non-COVID-19 dan kunjungan rawat jalan akan lebih cepat dari yang diharapkan.

Oleh karena itu, Mirae Asset Sekuritas mempertahankan rekomendasi overweight mengingat kinerja fundamentalnya dinilai bakal meningkat dalam beberapa periode ke depan.

“Kami merekomendasikan beli untuk saham PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) dengan target harga Rp3.250 dan PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) dengan target harga Rp4.000,” tuturnya.

Di sisi lain, analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya mengatakan bahwa pihaknya memandang kinerja sektor kesehatan masih bugar sampai di akhir tahun 2020.

Potensi performa emiten sektor kesehatan untuk kinerja pada kuartal keempat tahun 2020 dianggapnya kurang lebih akan mirip dengan pencapaian pada kuartal III/2020 sejalan dengan data emiten rumah sakit yang rata-rata mencatatkan perbaikan volume pasien secara kuartalan didorong oleh pelonggaran PSBB.

“Untuk ke tahun depan sendiri kita masih cukup positif, namun dari sisi volume pasien mungkin pertumbuhannya akan cenderung lebih landai seiring dengan Covid-19 yang masih berlanjut,” ungkap Rendy kepada Bisnis, Rabu (11/11/2020).

Sehingga, Rendy belum bisa mengekspektasikan pendapatan emiten rumah sakit akan kembali ke level normal seperti sebelum pandemi.

“Untuk top picks kita di MIKA dan (PT Kalbe Farma Tbk.) KLBF, masing-masing rekomendasinya buy, dan target harganya untuk MIKA di Rp2.950, kemudian untuk KLBF target harga di Rp1.850,” sambungnya.

Dibandingkan dengan kompetitornya, MIKA dan KLBF menurutnya memiliki posisi keuangan yang lebih solid dimana neraca tercatat net cash position atau nilai utang berada dibawah nilai kas dan setara kas.

Untuk kondisi ekonomi yang relatif tertekan seperti saat ini, memiliki neraca yang kuat akan menjadi buffer untuk bertahan di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Selain itu, posisi neraca yang solid juga akan membuat perusahaan lebih fleksibel untuk ekspansi ke depan ketika ekonomi mengalami pemulihan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper