Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan pada awal perdagangan bulan ini, Senin (2/11/2020) melemah jelang gelaran Pilpres AS pada 3 November 2020.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks harga saham gabungan (IHSG) pada pukul 09.01 WIB berada di posisi 5.088,873 melemah 0,78 persen.
Hingga akhir sesi II, IHSG turun 0,26 persen atau 13,09 poin menjadi 5.115,13, setelah bergerak di rentang 5.073,5 - 5.130,68. Sejumlah 134 saham menguat, 295 saham melemah, dan 163 saham stagnan.
Transaksi asing tercatat masih membukukan net sell hingga Rp483,58 miliar dengan sasaran utama aksi jual tertuju pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) hingga Rp399,4 miliar.
Selain itu, PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) juga menjadi sasaran jual investor asing dengan net sell mencapai Rp118,5 miliar.
Adapun, saham yang menjadi top losers ialah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) -4,7 persen, PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) -4,29 persen, PT Media Nnusantara Citra Tbk. (MNCN) -3,61 persen, PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS) -3,54 persen, dan PT United Tractors Tbk. (UNTR) -3,2 persen.
Baca Juga
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo mengatakan bahwa ada tiga sentimen yang akan paling berpengaruh terhadap IHSG pada November 2020, terutama Pilpres AS.
Kedua kandidat Presiden AS, lanjut dia, memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Donald Trump dengan kebijakan membangun infrastruktur dan menurunkan pajak dapat dikatakan lebih memihak terhadap pasar.
Kendati demikian, Trump kerap mengeluarkan pernyataan kontroversial lewat sosial media yang menyebabkan keadaan geopolitik dan pasar kurang stabil. Sebaliknya, kemenangan Joe Biden juga tidak berarti buruk terhadap pasar.
“[Kemenangan Biden] akan memberikan kestabilan dan kepastian yang lebih baik yang diharapkan oleh pasar,” paparnya.
Di sisi lain, Frankie menyebut tren kasus Covid-19 dan ketersediaan vaksin juga menjadi berpengaruh terhadap pergerakan IHSG pada November 2020. Selain itu, pelaku pasar juga masih mencermati pertumbuhan ekonomi Indonesia dan laporan laba perusahaan.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Oktober mengalami inflasi, setelah tiga bulan berturut-turut dilanda deflasi akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan pelemahan daya beli seiring penurunan pendapatan masyarakat.
Inflasi Oktober tercatat sebesar 0,07 persen (month to month/mtm) dan 1,44 persen (year on year/yoy). Adapun secara tahun kalender, inflasi mencapai 0,95 persen (year to date/ytd).
Kepala BPS Suhariyanto menuturkan pada Oktober 2020, perkembangan harga berbagai komoditas secara umum menunjukkan adanya kenaikan.
"Oktober ini mengalami inflasi meskipun tipis 0,07 persen dan di sana inflasi umumnya 1,44 persen, sedikit meningkat dari September," ujarnya, Senin (2/11/2020).