Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah anjlok karena melonjaknya cadangan minyak mentah Amerika Serikat (AS) menambah kekhawatiran yang diakibatkan oleh lonjakan baru kasus virus corona.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember 2020 melemah 5,5 persen atau US$2,18 ke level US$37,39 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman bulan yang sama ditutup melemah US$2,08 ke level $ 39,12 per. Kedua kontrak mencatat penurunan harian terbesar sejak tujuh pekan terakhir. sekitar tujuh minggu
Laporan Energy Information Administration menunjukkan persediaan minyak AS naik 4,32 juta barel pekan lalu, terbesar sejak Juli. Meski begitu, data menunjukkan penurunan tak terduga pada stok bensin dan permintaan solar mencapai level tertinggi sejak Maret.
Harga sebelumnya mendapat tekanan sejalan dengan pelemahan bursa AS dan Eropa karena lonjakan baru kasus virus corona dan penerapan lockdown meningkatkan risiko tekanan terhadap perekonomian.
Penggunaan jalan di Eropa merosot ke level terendah empat bulan karena pemerintah di sana siap melakukan pembatasan yang lebih ketat untuk mengekang penyebaran virus corona. Di AS, kasus virus corona di New York mencapai lebih dari 500.000.
"Ini lebih merupakan reaksi terhadap kekhawatiran atas virus corona dan potensi pembatasan dan penguncian lebih lanjut daripada meningkatnya cadangan minyak mentah," kata mitra senior di Commodity Research Group, Andrew Lebow, seperti dikutip Bloomberg.
Risiko permintaan baru karena pandemi dan kembalinya produksi minyak Libya meningkatkan kekhawatiran bahwa pasokan tambahan dari OPEC+ mungkin tidak akan mendapatkan pembeli.
Kepala unit perdagangan Saudi Aramco memperingatkan mungkin tidak ada permintaan minyak yang cukup untuk menyerap rencana kenaikan pasokan OPEC+ pada Januari. Pelaku pasar juga berhati-hati dalam mengambil posisi beli pada minyak mentah karena prospek yang tidak pasti.
Di AS, tidak tercapainya kesepakatan paket stimulus tambahan sebelum pilpres 3 November mendatang pemilihan juga mengaburkan outlook pemulihan ekonomi.