Bisnis.com, JAKARTA — Tak bisa dipungkiri investor kerap kebingungan untuk memilih saham mana yang akan dibeli atau dijadikan portofolio investasi. Adapun, salah satu yang dapat menjadi alat bantu investasi adalah Indeks-indeks saham yang ada di bursa.
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis Bursa Efek Indonesia Ignasius Denny Wicaksono mengatakan saat ini jumlah saham yang terdaftar di bursa sekitar 709 saham yang dikelompokkan dalam 9 sektor dan subsektor.
Dia menilai jumlah yang tak bisa dibilang sedikit tersebut sering membuat investor bingung memilih, apalagi metode analisa yang ada saat ini sangat beragam seperti analisa teknikal, fundamental, top down, hingga bottom up.
Ditambah lagi informasi yang tersedia bagi investor sangat melimpah mulai dari informasi ekonomi, industri, serta laporan keuangan emiten. Di lain sisi, banyak investor tak punya waktu untuk mencermati itu semua.
“Saham-saham itu juga punya karakter-karakter yang berbeda, misalnya big caps pasti beda dengan small caps, dan karakter-karakter ini punya risk return yang beda-beda. Salah satu metode yang dapat menilai itu semua salah satunya adalah lewat indeks,” paparnya dalam webinar Produk Pasar Modal: Reksa Dana, ETF, dan Indeks, Kamis (22/10/2020)
Menurutnya, indeks saham menjadi penting apalagi saat ini metode investasi saham tidak selalu tentang mencari saham yang tepat. Denny menyebut seiring perkembangan waktu investor cenderung mencari yang mirip dengan pergerakan pasar.
Baca Juga
Bahkan, sejak tahun 2000-an mayoritas investor atau sekitar 50 persen investor cenderung berinvestasi ke market, sedangkan 30 persen investasi berdasarkan faktor, dan 20 persen lainnya baru stock picking atau memilih saham satuan.
“Nah, indeks saham akan membantu investasi ke market dan faktor tertentu yang diminati atau sesuai dengan risk profile investor,” ujar Denny.
Dia menjelaskan, saat ini penyedia indeks cukup banyak baik dari lokal maupun global. Untuk indeks global, beberapa yang paling dikenal antara lain MSCI Index, FTSE Index, serta S&P Global Index.
Sementara dari domestik, BEI rajin membuat indeks-indeks saham dengan berbagai tipe pasar dan faktor. Selain itu ada pula sejumlah indeks hasil kerja sama bursa dengan pihak ketiga seperti bersama Pefindo, Bisnis Indonesia Group, dan Kompas Group.
Salah satu contoh indeks pasar besutan BEI adalah indeks LQ45 yang berisi 45 saham berkapitalisasi pasar terbesar dan paling likuid. Kemudian contoh indeks faktor adalah IDX 30 Value yang berisi saham-saham dengan penilaian faktor valuasi terendah.
"Indeks-indeks ini bisa memberi gambaran ke investor, misalnya LQ45 walaupun hanya 45 saham dia menggambarkan 63,24 persen dari pergerakan IHSG," kata dia.
Denny menambahkan, investor dapat memanfaatkan indeks saham untuk melihat konstituen indeks dan memilih saham yang sudah melalui serangkaian penilaian indeks tersebut untuk menjadi bagian portofolionya.
Atau, investor bisa juga melakukan investasi pasif melalui produk turunan seperti reksa dana indeks dan exchange traded fund (ETF). Hingga saat ini, setidaknya ada 54 produk yang menggunakan indeks BEI sebagai acuan.
"Jadi kalau mau invest di market, ya bisa beli aja saham yang terdaftar di indeks IDX30 misalnya. Tapi kalau nggak punya uang sebanyak itu, beli aja reksa dana atau ETF yang sesuai indeks acuannya. Kalau yang mau syariah, bisa pilih indeks yang syariah juga," pungkas Denny.