Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Was-Was, IHSG Berakhir Terkoreksi Tipis

Banyak katalis negatif yaang menyelimuti IHSG sehingga harus berakhir di zona merah hari ini
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/9/2020). Pada perdagangan Rabu (10/9) IHSG sempat mengalami trading halt dan ditutup anjlok 5,01% atau 257,91 poin menjadi 4.891,46. Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/9/2020). Pada perdagangan Rabu (10/9) IHSG sempat mengalami trading halt dan ditutup anjlok 5,01% atau 257,91 poin menjadi 4.891,46. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan menutup perdagangan Kamis (22/10/2020) berada di zona merah seiring dengan kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian paket stimulus AS dan menjelang rilis pertumbuhan ekonomi kuartal III/2020.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks harga saham gabungan (IHSG) parkir di level 5.091,82, turun tipis 0,09 persen atau 4,63 poin. Sepanjang perdagangan IHSG bergerak di kisaran 5.063,7 hingga 5.093,83.

Investor asing tercatat membukukan transaksi net sell hingga Rp256,89 miliar.

Dari total keseluruhan konstituen, sebanyak 271 saham melemah, 136 saham berhasil menguat, sedangkan 300 saham berada di posisi yang sama dari perdagangan sebelumnya.

Adapun, pelemahan dipimpin oleh TFCO yang turun 6,91 persen, diikuti MTPS dan KOTA yang masing-masing melemah 6,88 persen.

Selain itu, saham emiten milik keluarga Tandiono, JSKY dan PURE, juga melemah dengan masing-masing saham terkoreksi 6,86 persen dan 6,84 persen.

Di sisi lain, penguatan saham dipimpin oleh saham emiten perkebunan JAWA yang naik 34,43 persen, disusul oleh ITIC dan ASRI yang berhasil naik masing-masing 23,78 persen dan 22,76 persen.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan bahwa pergerakan IHSG pada perdagangan kali ini diselimuti banyak katalis negatif.

“Market menanti kepastian paket stimulus AS dan sudah mulai bersikap wait and see lantaran adanya faktor kepastian resesi perekonomian Indonesia dari pemerintah,” ujar Nafan kepada Bisnis, Kamis (22/10/2020).

Untuk diketahui, Pemerintah AS mengatakan bakal ada kesepakatan mengenai stimulus fiskal tersebut dalam 48 jam ke depan. Adapun, stimulus fiskal untuk pemulihan ekonomi pasca pandemi itu diajukan senilai US$1,88 triliun atau di bawah US$2,2 triliun seperti yang diajukan Pelosi sebelumnya.

Sementara itu, Badan Pusat Statistika dijadwalkan untuk merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III/2020 pada 5 November 2020 mendatang. Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dalam negeri pada kuartal III/2020 terkontraksi di kisaran minus 2,8 persen hingga minus 1 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper