Bisnis.com, JAKARTA - Harga saham PT Bank BRI Syariah Tbk. anjlok dalam dua sesi terakhir, dipicu respons negatif pelaku pasar terhadap rencana merger dengan Bank Syariah Mandiri (BSM) dan BNI Syariah. Salah satu pemegang saham BRIS, Ustad Yusuf Mansur angkat bicara terkait kinerja saham BRIS.
Pada perdagangan hari ini, Kamis (22/10/2020), saham BRIS langsung anjlok 6,81 persen pada awal sesi. Hingga akhir sesi, saham BRI terpantau di level 1.300, turun 95 poin. Kemarin, saham BRIS juga anjlok 7 persen atau menyentuh level auto reject bawah (ARB).
Aksi jual terjadi setelah BRI Syariah mengumumkan rencana merger dengan BSM dan BNI Syariah, kemarin. Dalam ringkasan rencana merger, Saham BSM dan BNI Syariah akan dikonversi menjadi modal BRIS. Imbasnya, kepemilikan saham investor eksisting terdiluasi.
Misal, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) selaku induk BRIS, kepemilikan sahamnya tergerus dari 73 persen menjadi 17,4 persen. Investor publik juga harap-harap cemas karena porsi saham turun dari 18,47 persen ke 4,4 persen.
Seorang investor BRIS bercerita, skema merger tidak menguntungkan investor ritel sama sekali. Dia menilai prospek BRI Syariah yang ciamik setelah merger tidak tercermin dari harga penawaran untuk investor yang menolak merger.
“Ini ibarat kena prank. Banyak angka bagus soal setelah merger tapi masa cash offer hanya 1x PBV [price to book value], gak ada gula-gula sama sekali buat investor ritel,” ujar seorang investor BRIS yang enggan disebut namanya.
Investor memang bisa meminta BRIS untuk membeli saham investor yang menolak merger hingga rapat umum pemegang saham luar biasa digelar pada 19 November 2020. Hal itu diatur dalam Pasal 15 POJK No. 41/2019 dan Pasal 126 juncto Pasal 62 UUPT
Terkait hal itu, BRIS dan BRI telah sepakat untuk menyerap saham milik investor BRIS yang menolak merger. Harga saham yang akan diserap sebesar Rp781,29 per saham.
Ustad Yusuf Mansur menilai investor publik tidak punya pilihan terkait dilusi kepemilikan saham. Dia menekankan, dilusi adalah sebuah keniscayaan.
"Ke depan dilusi itu keniscayaan. Makanya jaga niat banget atau ya mangga ditarik, dilepas," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (22/10/2020).
Dia memberikan gambaran, bank adalah bisnis yang sarat modal. Untuk menunjang ekspansi di masa mendatang, bank perlu menambah modal. Sementara itu, investor, terlebih investor ritel tidak selalu memiliki kemampuan untuk menambah modal.
Yusuf Mansyur menuturkan, dirinya akan tetap memegang saham BRIS dan tidak masalah dengan porsi saham yang terdilusi. Dia menekankan, investasi di BRI Syariah merupakan bagian dari perjuangan membesarkan industri syariah dan ekonomi umat.
"Ini bukan bicara cash in, cash out...[kita ingin] dapat bagi hasil dari Allah di dan dari setiap kegiatan perbankan syariah. Nanti keberkahan dunia [akan] ngikut," tuturnya.
Untuk diketahui, Yusuf Mansur memang berinvestasi sejak awal BRIS menawarkan saham ke publik. Berdasarkan catatan Bisnis, Yusuf Mansur membeli saham BRIS lewat Kopindo Berjamaah dan PT Paytren Aset Manajemen.
Berdasarkan surat konfirmasi penjatahan pasti pada 24 April 2018, Kopindo Berjamaah membeli saham BRIS sebanyak 5,09 juta lembar saham dengan harga IPO sebesar Rp510 per saham.