Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pulihnya Trump Bikin Dolar AS Loyo, Rupiah Berhasil Naik

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat 0,27 persen atau 39,5 poin ke level Rp14.825 per dolar AS pada Senin (5/10/2020) pukul 09.08 WIB.
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah berhasil rebound mengawali perdagangan pada awal pekan ini di zona hijau seiring dengan penurunan indeks dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat 0,27 persen atau 39,5 poin ke level Rp14.825 per dolar AS pada Senin (5/10/2020) pukul 09.08 WIB. Sejak awal tahun, rupiah terdepresiasi 6,84 persen.

Pada saat bersamaan, indeks dolar AS terpantau melemah 0,13 persen menjadi 93,721. Permintaan terhadap dolar AS menurun setelah informasi kepulihan Donald Trump dari infeksi virus corona.

Dokter yang merawat Presiden Donald Trump mengungkapkan bahwa Trump bisa dipulangkan dari Pusat Medis Militer Walter Reed secepatnya pada hari Senin (5/10/2020).

"Rencana kami hari ini adalah membuatnya makan dan minum. Bangun dari tempat tidur sebanyak mungkin," kata Brian Garbaldi.

Mengutip dari WebMD, Senin (5/10/2020), Brian menambahkan bahwa jika kondisi Trump terus terlihat baik dan merasa pulih dari infeksi virus corona maka sebaik pemulangan paling cepat Senin (5/10/2020) ke Gedung Putih untuk melanjutkan perawatan lanjutan.

Adapun, berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, rupiah parkir di level Rp14.865 per dolar AS, terkoreksi 0,2 persen atau 30 poin. Sepanjang pekan ini, rupiah menguat tipis 0,05 persen.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat 0,08 persen ke posisi 93,782.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa rupiah saat ini dikelilingi sentimen yang tidak begitu menguntungkan.

Dari sentimen eksternal, negosiasi paket stimulus dari Pemerintah AS masih belum menemukan kesepakatan sehingga pasar kembali masuk ke dolar AS untuk mencari posisi aman.

Pasar juga masih menunggu langkah Pemerintah AS selanjutnya menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Selain itu, pasar juga tengah menanti data tenaga kerja AS, atau non farm payroll (NFP) yang bisa menentukan arah dolar AS selanjutnya.

Jika rilis tenaga kerja AS menunjukkan perbaikan, maka sentimen positif bisa kembali ke aset berisiko dan rupiah bisa menguat. Namun jika sebaliknya, rupiah masih akan bertahan di zona merah.

Sementara itu, dari dalam negeri data deflasi di Indonesia juga memberikan tekanan ke rupiah karena deflasi mengindikasikan kontraksi lanjutan dari ekonomi Indonesia di tengah pandemi.

"Saat ini sebagian isu di atas belum memberikan sentimen positif bagi rupiah. Jadi mungkin tekanan untuk rupiah masih akan tetap ada pekan depan," ujar Ariston kepada Bisnis, Jumat (2/10/2020).

Dia memproyeksikan rupiah berada di kisaran Rp14.750 hingga Rp14.950 per dolar AS pada Senin (5/10/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper