Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar Masih Perkasa, Rupiah Tekor Hampir 1 Persen dalam Sepekan

Nilai tukar rupiah ditutup menguat tipis di akhir pekan. Sepanjang pekan ini, nilai tukar rupiah melemah hampir 1 persen.
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah menguat 17,5 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp14.872,5 pada perdagangan hari ini, Jumat (25/9/2020). Rupiah berhasil menguat bersama mayoritas mata uang Asia walaupun indeks dolar menguat.

Berdasasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka di posisi Rp14.891,5 per dolar AS dan bergerak di rentang Rp14.872,5 hingga Rp14.918,5 per dolar AS. Dalam sepekan terakhir, rupiah sudah melemah 0,93 persen.

Sementara itu, kurs rupiah menyentuh posisi Rp14.951 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini.

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.951 per dolar AS, melemah 2 poin dari posisi Rp14.949 pada penutupan kemarin, Kamis (24/9/2020)

Sementara itu, bank nasional sudah membanderol dolar AS di level Rp15.000. Berdasarkan informasi dari website Bank Mandiri, harga jual dolar AS bank notes atau uang kertas mencapai Rp15.050. Adapun harga beli dipatok Rp14.550 per dolar AS.

BRI juga mematok kurs jual dolar AS bank notes di level Rp15.000, tepatnya Rp15.051. Lebih lanjut, harga beli dolar AS bank notes dipatok Rp14.825.

Indeks dolar AS di sisi lain terpantau menguat 0,02 persen ke posisi 94,3750. Kendati demikian, mayoritas mata uang Asia tetap menguat terhadap dolar di akhir pekan.

Penguatan mata uang Asia dipimpin dolar Taiwan yang menguat 0,28 persen, disusul peso Filipina sebesar 0,19 persen. Di deretan mata uang Asia,  yen Jepang dan dolar Singapura  melemah terhadap dolar pada perdagangan hari ini.

Kebangkitan dolar AS belakangan ini membuktikan bahwa greenback masih menjadi salah satu aset safe haven pilihan pada masa resesi global.

Dolar AS sempat ditinggalkan karena kebijakan akomodatif dari Bank Sentral AS (Federal Reserve), tetapi investor kini mulai masuk

Dolar AS menjadi pilihan aset safe haven sampai kita mendapatkan informasi terbaru mengenai vaksin, pendapatan, Pemilu AS, dan stimulus,” kata Direktur Utama Great Hill Capital LLC. Thomas Hayes di New York, seperti dikutip dari Bloomberg pada Jumat (25/9/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper