Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah saham seperti GOTO, DCII, hingga ANTM melonjak sejak awal tahun 2025. Dengan kenaikan tinggi ini, apakah saham-saham tersebut masih menarik untuk dikoleksi?
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan dengan kenaikan tinggi tersebut, investor harus memperhatikan tidak hanya pergerakan harga sahamnya, tetapi juga prospek bisnis dari masing-masing saham tersebut.
"Dan yang kedua yang harus dicermati adalah fundamental dari sisi perusahaannya," kata Nico, Selasa (22/4/2025).
Nico menuturkan kedua hal ini menjadi salah satu poin yang sangat penting sebelum investor memutuskan apakah akan masuk atau tidak.
Apabila berbicara mengenai harga saham-saham top leaders tersebut telah ketinggian atau tidak, maka menurutnya akan kembali lagi bagaimana potensi valuasi di masa yang akan datang, apakah harga saham-saham tersebut akan mengalami kenaikan atau tidak secara jangka panjang.
"Kalau jangka pendek ya memang saat ini harganya juga sudah mengalami kenaikan, jadi mesti diperhatikan momentum yang terbaik untuk kita bisa masuk ke saham-saham tersebut," ujar Nico.
Baca Juga
Adapun Nico menjelaskan prospek dari GOTO misalnya terkait dengan masalah profitabilitas. Apalagi, lanjutnya, memang sudah beberapa saat terakhir GOTO juga sudah mengencangkan ikat pinggang untuk mencetak keuntungan.
"Jadi kami pikir ya hanya tinggal masalah waktu saja sampai perusahaannya benar-benar mendapatkan keuntungan yang berkelanjutan dan stabil pastinya," ucap Nico.
Nico juga menuturkan GOTO secara prospek jangka menengah hingga jangka panjang masih sangat positif. Sementara itu, untuk jangka pendek pihaknya melihat masih berfluktuatif, tetapi selama prospeknya dan fundamental perusahaannya mendukung maka GOTO masih akan terus mencatatkan kenaikan.
Sementara itu, untuk saham ANTM melihat harga-harga komoditas, khususnya dari sisi harga emas terus mencatatkan kenaikan. Hal ini memberikan angin segar bagi ANTM untuk mengalami kenaikan.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.