Bisnis.com, JAKARTA — Jumlah investor yang membeli reksa dana saham disebut meningkat akibat terjadi koreksi harga seiring anjloknya IHSG pekan ini. Di sisi lain, manajer investasi belum banyak bereaksi.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat mengalami badai terbesarnya pekan ini dengan anjlok 5 persen ke level 4.891 pada perdagangan Kamis, (10/9/2020). Koreksi tersebut merupakan yang pertama kalinya sejak 30 Maret 2020.
Adapun penyebab tertekannya IHSG adalah pengumuman yang sampaikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Rabu (9/9/2020) malam soal rencana PSBB total per 14 September 2020 yang kemudian menimbulkan panic selling di pasar.
Namun, kondisi tersebut berbalik pada perdagangan Jumat (11/9/2020). Indeks berhasil rebound 2,56 persen dan mampu kembali menembus level 5.000, tepatnya parkir di level 5.016 hanya dalam waktu satu hari.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan sejauh ini belum melakukan reaksi yang signifikan terkait dengan volatilitas pasar saham itu, termasuk belum mengubah target IHSG dan mengocok ulang portofolionya.
“Dari MI sih tidak ada perubahan yang berarti sih. Paling kalau pas ada saham tujuan yang sedang turun dalam, momen kemarin dipakai buat beli,” ungkapnya kepada Bisnis, Jumat (11/9/2020)
Baca Juga
Memanfaatkan momentum koreksi untuk berburu di pasar modal juga ternyata dilakukan oleh para investor. Rudiyanto menyebut banyak investor yang melakukan subscribe alias membeli reksa dana saham usai IHSG anjlok kemarin.
“Hari ini ada lumayan banyak yang top up karena melihat market tidak auto reject bawah lagi. Kalau turun lagi sebenarnya bisa lebih banyak, hanya saja naik, jadi orang cicil-cicil dulu,” tutur dia.